REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manusia umumnya kerap kali menghitung dan mengukur sesuatu berdasarkan kekayaan, seperti emas dan perak. Padahal, kekayaan dan modal manusia yang sebenarnya adalah kemampuan yang Tuhan berikan, seperti kecerdasan, kemampuan, dan kebebasan.
Namun, ada karunia tertinggi yang kadang kala luput dari rasa syukur manusia, sesuatu yang terkadang tak diperhitungkan dan dihargai, yakni tubuh yang sehat. Kesehatan tubuh, keutuhan organ-organ tubuh, dan kesempurnaan pancaindera adalah berkah yang tak ternilai.
Sebab, seberapa kaya pun seseorang, tidak akan ada yang bersedia untuk menjual kedua matanya atau organ tubuhnya yang lain. Hal-hal yang terkesan sepele seperti meneguk air minum pun sejatinya adalah nikmat dari Allah.
Seperti kisah Ibnu Samak, seorang ulama shalih, yang menghadiri undangan Khalifah Harun Al-Rasyid di istana di Baghdad untuk meminta fatwa dan nasihatnya. Di suatu hari yang sangat terik, khalifah meminta pelayannya untuk menyajikan minuman.
Sebelum meminum, Ibnu Samak bertanya kepada Khalifah, "Tuan, jika sekiranya seteguk air minum itu sulit diperoleh dan susah mencarinya, sedangkan tuan sudah sangat kehausan, berapakah kiranya seteguk air itu mau tuan hargai?"