Rabu 13 Oct 2021 05:01 WIB

Zaim Saidi dan Nasib Dinar Kuno Kekhalifahan di Situs Barus

Dengan kasus Zaim Saidi memang tampaknya sejarah Islam perlu ditulis ulang.

1.300 tahun lalu dinar-dirham dipakai untuk transaksi di Desa Jago-Jago Sumut.
Foto:

Tentu menjadi tanda tanya besar, bahkan misteri, kenapa ratusan koin dinar dan dirham era dinasti Umayyah dan Abassiah ini ditemukan para penambang emas tradisional di desa kecil ini?

Desa yang tidak dikenal saat ini tapi yang lokasinya satu garis lurus berjarak sekitar 70 km sebelah selatan bandar kuno legendaris Barus, Tapanuli Tengah, Sumut. Desa ini memiliki kawasan bernama Bongal, area berupa endapan lumpur yang di dasarnya, sedalam tiga meter lebih, terdapat bekas permukiman kuno dengan jutaan fragmen peradaban yang mengejutkan di sebuah kota kuno yang hilang.

Situs Bongal di Desa Jago Jago ini pada dasarnya merupakan situs kota perdagangan dan industri kuno yang sangat ramai didatangi ratusan bahkan mungkin ribuan kapal asal Timur Tengah, India, Cina, juga dari wilayah Sriwijaya.

Transaksi moneter internasional juga berlangsung di situs Bongal ini. Bukan hanya koin Umayyah dan Abassiah (7-8 M) yang ditemukan, melainkan juga koin dari India era Pandyas (7-8 M), koin Cina dinasti Tang (7-8 M), serta koin Sriwijaya. 

Atas temuan ini, ujar Dr Ichwan, Balai Arkeologi (Balar) Sumatra Utara bekerja sama dengan PT Media Literasi Nesia/Islam Today Jakarta, sejak 18 Januari 2021 sampai hari ini (30 Januari 2021) sedang melakukan ekskavasi di situs temuan baru yang luar biasa ini.

"Sekalipun berjarak tidak terlalu jauh dari Barus, tapi situs ini dipastikan jauh lebih tua dibanding Barus. Di Barus tidak ditemukan koin dinar-dirham dinasti Umayyah dan Abassiah yang ratusan ditemukan di kampung kecil ini,'' kata Dr Ichwan. 

Baca juga : Kebebasan Zaim Saidi dan Penulisan Sejarah Umat Islam

Papan pecahan kapal dan permukiman kuno dari situs itu pun sudah diteliti di laboratorium di Amerika oleh Balar Sumut. Hasilnya akurat, terbukti kayunya merupakan jejak peradaban kuno berasal dari abad ke-7 Masehi.

Bukan hanya ditemukan dinar dan dirham di situs spektakuler ini, bahkan alat ukur satuan dinar dan dirham dari Timur Tengah bernama ukiyyah juga ditemukan. Jadi, ada semacam lembaga keuangan kuno yang mengontrol sistem moneter sudah berlangsung di tempat itu.

"Penemuan situs yang memenuhi syarat ditetapkan sebagai cagar budaya nasional, bahkan level internasional. Keberadaan situs ini tak lama lagi akan memasuki penulisan baru historiografi Indonesia, khususnya era masuknya peradaban Islam di Indonesia,'' lanjut Ichwan. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement