Rabu 06 Oct 2021 13:42 WIB

Keluarga Mantan PKI Kembali Memeluk Islam

Arus kembali memeluk Islam di basis PKI karena gerakan dakwah.

Lambang PKI dan Kantor Pemuda Rakyat di serbu masa seisai peristiwa G30SPKI. Komunisme berserta ajaran Marxisme dan Lenimisme kemudian di larang di Indoneisa..
Foto:

Kembali Memeluk Islam

Berpuluh tahun berlalu, perkembangan menarik ternyata terjadi. Banyak mantan anggota dan simpatisan PKI maupun keluarga mereka yang semula pindah ke agama Kristen-Katolik atau Hindu-Buddha kini kembali memeluk Islam.

Contoh nyata terjadi di dukuh Keji, Taman Agung, Muntilan. Pasca-65, sekitar 35% warganya pindah Katolik. Kini pemeluk Katolik tersisa kurang dari 10%.

Contoh lain di Dusun Dalangan, Getasan. Dari 100 KK pada tahun 1980 hanya tersisa 1 KK Muslim, sekarang 55 KK sudah kembali menjadi Muslim.

Fenomena kembali ke Islam ini, menurut Ir Arif Wibowo MPdI, Direktur Pusat Studi Peradaban Islam (PSPI) di Solo, Jawa Tengah, diawali dari proses santrinisasi kalangan abangan terlebih dahulu.

“Fenomena ini marak antara tahun 80 hingga 90-an, ketika Orde Baru mulai dekat dengan kalangan Islam,” ujarnya. Saat itu penetrasi dakwah Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), dan MTA (Majelis Tafsir Al-Quran) mulai masuk sampai ke basis abangan.

Fenomena ini diuraikan pula dalam buku M Ricklefs Mengislamkan Jawa. Pada era itu, ritus-ritus sinkretik abangan dengan cepat mengalami Islamisasi. Di wilayah perkotaan, Muhammadiyah menjadi pioner Islamisasi ini. Karena itu, kemudian banyak desa-desa bekas basis PKI di Klaten dan Yogyakarta kemudian menjadi basis Muhammadiyah. Prof Mitsuo Nakamura pun menyinggung fenomena ini dalam penelitiannya di Kotagede, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dari proses santrinisasi kaum abangan, yang sebagian dari mereka adalah mantan anggota PKI, onderbouw, dan keluarganya, akhirnya kaum abangan Kristen pun mulai akrab dengan kultur santri yang dibawa “para santri” mantan abangan ini. Akhirnya mereka mulai menemukan benang merah kultur abangan dengan Islam. “Sebab, kultur abangan itu sesungguhnya adalah wujud Jawanisasi nilai keislaman,” kata Arif.

Baca juga : Tradisi Maulid Nabi Muhammad di Arab Saudi

Dhuroruddin Mashad, dalam bukunya Konflik Santri dan Abangan, Mengurai Konflik NU–PKI menarik kesimpulan kesejarahan bahwa preferensi politik bisa ditarik sampai pada pola Islamisasi di masa lampau. Antara Islamisasi Jawa dan Jawanisasi Islam di masa lampau bisa terintegrasi dalam satu kesatuan kultur sintesis mistik Islam–Jawa.

Menurut Arif, ada beberapa alasan mantan PKI dan keluarganya kembali memeluk Islam. Pertama, kenangan Islam di masa kecil. Kedua, dogmatisme, karena di dalam Kristen selalu dilarang untuk bertanya mendalam soal agama, terutama tentang Ketuhanan. Ketiga, perkawinan. Keempat, pergaulan.

Alasan ketiga dan keempat paling banyak menjadi penyebab mereka kembali ke Islam. “Setelah besar mereka bekerja dan bergaul dengan orang-orang Islam, lalu berani bertanya, dan akhirnya masuk Islam,” ujarnya.

Arif mencontohkan sebuah majelis taklim yang diasuh seorang ustadz di sebuah desa. Dari 80 orang anggota majelis taklim, ada 50 orang berasal dari keluarga mantan anggota PKI dan onderbouw-nya yang mengaku memeluk agama Kristen dan ada pula yang memeluk agama Buddha. “Meskipun bukan Islam, mereka mengaku kepengin ngaji. Hingga akhirnya tahun lalu ada 13 orang di antara mereka yang masuk Islam,” kata Arif.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement