REPUBLIKA.CO.ID, — Shalawat Badar merupakan shalawat yang banyak dikumandangkan umat Islam Tanah Air terutama Nahdliyin. Apa sebenarnya latarbelakang shalawat Badar?
Wakil Ketua Pengurus Pusat Lembaga Seni Budaya Muslimin Nahdlatul Ulama (PP Lesbumi NU), KH Muhammad Jadul Maula, mengatakan dalam sebuah catatan abjad pegon KH Ali Manshur menuliskan bahwa shalawat Badar ditulis sekitar 1960-an.
tau tepatnya pada 1962 pasca-Dekrit 1959 dan jelang meletusnya Gestapu pada 1965. Penulisan shalawat Badar karena kecintaan kiai Ali Manshur yang begitu besar kepada Rasulullah, umat Islam, serta bangsa Indonesia.
KH Ali Manshur merasa gelisah dengan situasi umat dan kebangsaan pada era tersebut. Karenanya dia pun ingin menulis shalawat itu sebagai doa.
Pada catatan itu Kiai Ali Manshur mengatakan pada malam Jumat tetangganya bermimpi didatangi sekelompok orang berjubah putih, bersamaan dengan itu pula istrinya yakni Nyai Khotimah menceritakan bermimpi melihat Kiai Ali Manshur berangkulan dengan Rasulullah.
Setelah itu kiai Ali Manshur pun mendapat penjelasan dari Habib Hadi al Haddar Banyuwangi bahwa orang-orang berjubah itu adalah ahlul badr (para sahabat Nabi yang bertempur di perang Badar). Dari situlah kiai Ali menulis shalawat dan menamainya shalawat Badar.
Shalawat Badar kemudian dibacakan Kiai Ali Manshur di hadapan pamannya yakni KH Ahmad Qusyairi dan para muridnya. Beberapa waktu kemudian para habib yang dipimpin Habib Ali bin Abdurahman Al Habsyi Kwitang datang menemui Kiai Ali Manshur untuk mendiskusikan tetang situasi nasional kebangsaan.
Dalam diskusi tersebut, Habib Ali Kwitang meminta kiai Ali Manshur membacakan shalawat Badar. Para habib yang bertamu pun mendengarkan, mengaminkan, meluapkan rasa haru ketika shalawat Badar itu dibacakan.
Baca juga : DPR Resmi Berhentikan Azis Syamsuddin dari Wakil Ketua DPR