Alquran telah menjelaskan tentang perintah untuk mendamaikan orang-orang yang berselisih. Sebab menjadikan perdamaian itu lebih baik daripada menyikapi perselisihan dengan kekerasan. 

لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar." (QS surat An Nisa ayat 114). 

Begitupun pada surat Al Anfal ayat 1 yang di antaranya menjelaskan agar menjadi orang bertakwa dan mendamaikan di antara sesama.  

Itu sebabnya Rasulullah SAW dalam mensyiarkan Islam lebih banyak membuat perdamaian dengan pihak-pihak yang berseberangan. Hikmah besarnya adalah Islam diterima dengan begitu hangat bahkan oleh orang-orang yang sebelumnya menentang atau memusuhi.

Karenanya umat Muslim pun harus bisa menjadi agen perdamaian, mendamaikan pihak-pihak yang berselisih dengan cara menurunkan emosi setiap pihak agar menghadirkan pikiran yang jernih. 

"Kalau ada yang gegeran (berselisih) upayakan untuk didamaikan. Apa masalahnya, kadang orang itu salah tapi gengsi tidak mau mengakui. Karena emosi. Kita damaikan, kita turunkan emosi-emosi, sehingga kembali pikiran menjadi jernih lalu kita ajak bicara. Orang yang bertengkar itu biasanya panas, akal pikirannya terganggu, karena emosi itu kecenderungan memang menjauhi akal sehat," katanya.  

Ikuti Whatsapp Channel Republika