REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD – Pemerintah Pakistan meminta India menyelidiki kekerasan anti-Muslim yang baru-baru ini terjadi di Assam, maupun insiden serupa lainnya yang terjadi di seluruh negeri.
Pakistan berharap otoritas menghukum para pelaku kejahatan dan mengambil langkah untuk menghentikan kejadian serupa terulang di masa depan.
Dua orang dilaporkan meninggal dunia dan 11 luka-luka, Kamis (23/9). Saat itu, polisi India melakukan kekerasan terhadap Muslim di Assam, dalam upaya mengusir mereka dari dugaan perambahan di tanah pemerintah.
Dilansir di Geo News, Sabtu (25/9), tuntutan Pakistan datang ketika Charge d'Affaires Cd'A India dipanggil ke Kantor Luar Negeri. Sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri menyebut dalam pertemuan tersebut, pemerintah menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas insiden itu.
Sebuah video beredar menunjukkan pembunuhan seorang pria tak bersenjata oleh polisi, serta penodaan jenazahnya oleh orang-orang yang tergabung dalam pasukan keamanan. Kementerian dalam keterangan yang sama menyebut kejadian ini sangat mengejutkan.
Kepada pejabat India, mereka menyampaikan insiden kekerasan baru-baru ini, merupakan kelanjutan dari kekerasan anti-Muslim tanpa henti yang telah menjadi norma di India di bawah perlindungan negara.
"Pasukan keamanan terlibat dalam kebrutalan terhadap Muslim dengan impunitas, atau memberikan perlindungan kepada ekstremis 'Hindutva' dan teroris, yang secara teratur melakukan hukuman mati tanpa pengadilan dan bentuk-bentuk penyiksaan lainnya terhadap Muslim," kata pernyataan itu.
Serangkaian undang-undang anti-Muslim dan anti-minoritas yang diberlakukan oleh pemerintah India, serta insiden kekerasan terhadap Muslim menyoroti meningkatnya tingkat intoleransi dan kurangnya rasa hormat terhadap komunitas minoritas di India.
Sebuah bentrokan sempat terjadi di Dholpur 3 di daerah Darrang Assam utara, salah satu dari empat tempat di mana polisi menargetkan gerakan anti-perambahan. Sekitar 800 keluarga diusir dari tanah tersebut, yang dituduh menduduki properti pemerintah secara ilegal.
"Dua warga sipil kemungkinan tewas dan dua lagi luka-luka, termasuk sembilan personel polisi. Massa yang berjumlah tidak kurang dari 4.000 melawan penggusuran dengan melemparkan batu ke arah polisi dan menyerang mereka dengan tongkat bambu runcing," kata Kapolsek Darrang, Sushanta Biswa Sarma, terkait bentrokan tersebut.
Sebuah video dari insiden itu pun menjadi viral di media sosial. Dalam video tersebut, beberapa polisi Assam terlihat mengenakan perlengkapan anti huru hara, tanpa ampun memukuli seorang pria dengan tongkat bahkan saat dia terbaring tak bergerak di tanah.
Seorang pria yang membawa kamera terlihat dengan marah menginjak wajah pria itu saat dia berbaring di tanah, tidak bergerak. Petugas polisi lain kemudian melompat masuk dan memukul wajah pria itu dengan tongkat sebelum yang lain menyuruhnya pergi.
Sumber: geo.tv