Jumat 17 Sep 2021 05:14 WIB

Naskah Khutbah Jumat: Pendidikan Keteladanan

Pembiasaan pada anak dilaksanakan pertama kali dengan jalan suri teladan.

Naskah Khutbah Jumat: Pendidikan Keteladanan
Foto:

Hadirin, sidang Jum’at yang dimuliakan Allah,

Ketertarikan itu nafas utama dalam melakukan sesuatu. Saat buah hati kita mulai terpesona pada satu hal, kita sebagai ‘rekan dialognya’, berfungsi memberikan pandangan dan pengarahan.

Sikap menanamkan mentalitas yang baik tak cukup hanya sebatas pengarahan, melainkan juga sikap menunjukkan pada hal baik. Dan itu, akan menular di sanubari buah hati kita.  Kondisi psikologis anak, memang perlu kita cermati bersama. Oleh sebab, hal itu berdampak pada sikap dan kepribadiannya, jika orang tua luput ‘menengok’ pergolakan psikologis mereka.

Dunia anak adalah dunia yang peka dengan hal baru. Sesuatu yang baru, bagi orang dewasa, ‘cenderung’ diamati dan dicerna.

Anak dan orang dewasa mempunyai dunia berbeda. Maka, keteladanan di situlah ruangnya. Ibadah puasa sejatinya sebagai media untuk semakin mempererat komunikasi kita dengan Allah SWT (hablumminallah). Termasuk juga berfungsi mengasah kepekaan sosial kita kepada sesama (hablumminannas).

Orang tua hendaknya mulai membimbing buah hatinya untuk semakin mendekatkan diri pada Allah SWT dan membiasakan anak untuk memiliki ‘radar’ kepekaan sosial yang semakin hari semakin meningkat. Membiasakan anak supaya sabar menahan makan-minum merupakan langkah yang baik. Itu sebagai tonggak awal menumbuhkan sikap untuk peduli pada sesama.

Sudah lazim mendidik anak membutuhkan proses. Tapi hal itu tak berarti ‘mematahkan’ semangat para orang tua dalam membalut sang anak menjadi lebih berkualitas.

Proses membutuhkan pengorbanan. Orang tua tentu akan selalu siap berkorban demi sang buah hati. Pengorbanan bukan sekadar mempertaruhkan semua yang kita punya untuk sang anak.

Berkorban berarti juga dibutuhkan kemampuan menyelami dunia anak. Dalam melangkah mestinya kita mempertimbangkan berbagai hal. Tanpa harus menghambat untuk bertindak.

Alangkah menariknya, jika sang buah hati menyaksikan panutannya memahami apa yang terjadi pada dirinya. Amat mustahil memang ketika orang tua menyuruh sang anak berpuasa, tapi dirinya belum mampu menjalankannya.

Baca juga : Menteri BUMN Resmikan Warung Pangan untuk Bantu UMKM

Berpuasa bukan hanya soal menyangkut arahan dan bimbingan. Melainkan ia juga terkait upaya pelaksanaan. Dan dalam waktu yang sama, hal itu melibatkan proses pemahaman. Melaksanakan puasa berarti juga menghindarkan diri dari tindakan merugikan. Entah terkait dengan pribadi maupun orang lain. Tentu, sikap ini disaksikan oleh sang buah hati kita.

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement