REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Komunikasi dan Informasi, KH Masduki Baidlowi, mengatakan salah satu masalah besar saat ini adalah masih banyak para ulama yang tidak percaya dengan Covid-19 sebagai sebuah pandemi. Mereka meyakini bahwa Covid-19 ini merupakan rekayasa, konspirasi global, dan sebagainya.
Kiai Masduki menjelaskan, di balik anggapan teori konspirasi, banyak korban yang sudah meninggal akibat tidak percaya terhadap Covid-19 sebagai sebuah pandemi. Bahkan, korbannya banyak yang berasal dari kalangan ulama.
Kiai Masduki mencontohkan, di Pamekasan Madura, orang-orang justru dimarahi bahkan sampai dihukum sosial apabila ada orang yang meninggal diumumkan di masjid. Rata-rata masyarakat di sana tidak mau mengakui bahwa dirinya terpapar Covid-19. Mereka takut di bawa ke rumah sakit atau ke dokter karena takut divonis mengidap Covid-19.
"Mereka ketika ditanya si A meninggal, penyakit yang itu-itu gitu, maksudnya adalah corona tetapi dia tidak mau mengakui itu corona. Dia bilang kalau dibawa ke rumah sakit atau ke dokter mereka pasti dicoronakan," kata Kiai Masduki menggambarkan kondisi masyarakat Pamekasan dalam acara dialog bertema "Bagaimana Peran Ulama Dalam Menangkal Hoaks Covid-19" di TV MUI, Rabu (4/8).
Kiai Masduki mengaku sering berdiskusi untuk membahas permasalahan ini. Dia menyebut bahwa permasalahan ini terjadi akibat sistem informasi yang dibangun media digital.
Menurutnya, permasalahan ini ada kaitannya dengan echo chamber. Yaitu sebuah sistem algoritma kurasi yang membuat seseorang apabila menyukai satu informasi, maka algoritma google akan terus menerus memberikan informasi sejenis informasi yang disukai orang itu.
“Saya kira sangat berbahaya, tidak bisa dilawan MUI dan masyarakat. Negara saya kira juga harus segera menyelesaikan masalah ini," ujarnya, dilansir dari laman resmi MUI, Kamis (5/8).
Kiai Masduki menyampaikan, hal ini yang menyebabkan para ulama tidak percaya dengan pandemi, tetapi lebih percaya dengan konspirasi. Malangnya, banyak dari mereka adalah tokoh masyarakat yang sangat kharismatik.
Dia mengatakan, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj juga sampai dibuat bingung untuk bisa meyakinkan seluruh masyarakat bahwa pandemi ini nyata dan bukan hoaks.
Menurut Kiai Masduki, kondisi seperti ini diperparah dengan echo chamber yang tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi di seluruh dunia. Sehubungan dengan itu, MUI meminta kepada para ulama yang memahami ilmu agama untuk mengetahui virus corona. "Nabi pernah mengajarkan kepada kita untuk selalu berpegang teguh pada basis keilmuan," ujarnya.
Kiai Masduki juga meminta, persoalan sistem informasi ini harus segera diselesaikan agar tidak ada korban yang berjatuhan lagi. Sebab sealim apapun orang, ketika dipengaruhi oleh sistem informasi (echo chamber) ini, mereka akan terus dihujani informasi keliru.