Sabtu 31 Jul 2021 04:50 WIB

Krisis Ulama Perempuan di Jakarta dan Bagaimana Solusinya?

Ulama perempuan di Jakarta masih belum banyak muncul di permukaan

Ulama perempuan di Jakarta masih belum banyak muncul di permukaan. Ilustrasi majelis taklim perempuan
Foto:

Oleh : Ustadz Rakhmad Zailani Kiki, penulis buku Genealogi Intelektual Ulama Betawi dan Kepala Lembaga Peradaban Luhur

Organisasi BKMT telah berkembang di seluruh wilayah Indonesia. Cakupan perkembangan anggotanya mencapai ribuan majelis taklim dengan meliputi jutaan orang jamaah yang tersebar di 33 propinsi.

BKMT juga telah mengembangkan beberapa organisasi otonom bawahnya yang bergerak di bidang pemberdayaan ekonomi. Dalam hal ini BKMT telah melahirkan organisasi perhimpunan usaha wanita (PUSPITA) BKMT dan mempunyai sekitar 400 buah Koperasi Jamaah (KOMAH) BKMT. Koperasi-koperasi ini bernaung di bawah induk Koperasi Jamaah (IKOMAH) BKMT. 

Selain BKMT, majelis taklim yang terkenal dan didirikan serta dipimpin ulama perempuan Jakarta adalah Majelis Taklim Kaum Ibu Attahiriyah yang disingkat MTKIA. MTKIA didirikan dan dipimpin Dr Hj Siti Suryani Taher.  

Latar belakang MTKIA berawal ketika Dr Hj Siti Suryani Teher   pulang dari kuliah di Universitas Al-Azhar, Mesir. Dia mendirikan MTKIA untuk wadah pengajiannya yang dilaksanakan secara rutin di Mushalla At Taqwa setiap Sabtu pagi. 

Dalam perkembangannya, karena jumlah jamaahnya semakin banyak, dibangun Masjid Jami Attaqwa pada 1968. MTKIA kemudian berkembang menjadi Kursus Bahasa Arab dan Agama (KURBA), yang kemudian banyak melahirkan mulbaligh intelektual.

Kesemuanya mengarah pada penguatan perkembangan Perguruan Attahiriyah, yang mencakup pendiikan dasar hingga tinggi yang cabangnya tersebar hampir di seluruh penjuru Jakarta. 

Ada juga majelis taklim yang terkenal lainnya yang didirikan dan dipimpin ulama perempuan Jakarta, yaitu Majelis Taklim Al-Hikmah.  Majelis Taklim Al-Hikmah didirikan dan dipimpin Ustadzah Hj Saidah Said, MA. Anggota majelis taklim ini mencapai ribuan, meliputi 35 majelis taklim yang tersebar di wilayah Jabodetabek. 

Selain kiprah dakwah dan memiliki karya sosial, dalam hal ini berupa majelis taklim, ulama perempuan Jakarta yang kondang juga memiliki karya intelektual berupa karya tulis. Sebab mereka semua adalah santri, kalangan terpelajar, di antaranya bahkan bergelar pendidikan formal S3 atau doktor.  

Seperti Ustadzah Khadijah Jamali yang memiliki karya tulis berjudul Al-Mawaa`iz Al-`Usfuriyah dan Wirid dan Tahlil. Kemudian Ustadzah Dr Siti Suryani Taher yang memiliki 27 karya tulis di bidang akhlak, fiqih, tauhid, dan ilmu Alquran yang ditulis dalam bahasa Arab saja atau bahasa Arab dengan bahasa Indonesianya. Dan sepanjang yang saya tahu, Ustadzah Dr Siti Suryani Taher merupakan ulama perempuan Jakarta yang paling banyak memiliki karya tulis. 

Disusul kemudian dengan Ustadzah Tutty Alawiyah yang memiliki 16 karya tulis di bidang fiqih, akhlak, sejarah, aqidah, ilmu Alquran, dan dakwah yang ditulisnya dalam bahasa Arab. Sedangkan Saidah Said, menulis dua buku yang berjudul Fiqih Keumatan dan Doa-doa Menggapai Keberkahan.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement