REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) bagaikan kereta api, seperti diketahui kereta api tidak mengikuti keinginan penyewanya. Hal tersebut disampaikan Ketua Umum MUI, KH Miftachul Akhyar saat pidato Milad MUI ke-46 secara luring dan daring pada Senin (26/7).
Kiai Miftachul mengatakan, tahun ini MUI genap berusia 46 tahun. Ini sebuah usia dewasa jika terjadi pada manusia, tentu selama usia tersebut banyak dinamika yang terjadi di MUI. Para pemimpin terdahulu MUI juga telah menancapkan prinsip-prinsip keorganisasian dan khittah perkhidmatan di lingkungan MUI.
Kiai Miftachul mengumpamakan MUI bagaikan kereta api yang sudah punya jalan atau jalur tertentu. Semua kereta api jelas tujuannya, stasiunnya, relnya, lokomotifnya dan gerbongnya.
"Kita kenal kereta api tidak mengikuti keinginan penyewanya," kata Kiai Miftachul saat pidato di Milad MUI ke-46 bertema "Ulama, Umaro dan Masyarakat Bersatu Menghadapi Pandemi Covid-19 dan Dampaknya" pada Senin (26/7).
Ia menerangkan, kereta api pergi dalam keadaan hujan, di bawah terik matahari dan dalam badai. Serta pergi ke dalam terowongan-terowongan yang gelap, kereta api tetap konsentrasi pada jalannya dan pergi tanpa ragu-ragu.
Ia mengatakan, kereta api juga selalu tiba di stasiunnya. Maka pertanyaannya adalah yang mana yang harus diambil dari sekian banyak stasiun tersebut.
"Satu-satunya cara memastikan naik kereta adalah dengan melewatkan kereta-kereta sebelumnya, jika kereta anda berada di jalur yang salah, setiap stasiun yang anda datangi adalah stasiun yang salah juga, jika kereta tidak berhenti di stasiunnya maka itu bukan kereta kita, itulah Majelis Ulama Indonesia," ujarnya.
Kiai Miftachul menegaskan assabiqunal awwalun telah menancapkan prinsip-prinsip keorganisasian, sehingga seperti kereta api itu yang jelas dan ingin memberikan manfaat serta maslahat kepada siapapun. Dalam rangka menjalankan misi rahmatan lil alamin.
"Sehingga sampai saat ini MUI bisa menjalankan peran dengan baik, dalam hal sebagai mitra pemerintah atau sebagai pelayan dan penyambung aspirasi umat," ujarnya.
Kiai Miftachul mengharapkan dalam periode kepengurusan MUI ini bisa menjalankan tugas dengan seksama dan dengan penuh keyakinan. Serta berakhir dengan husnul khatimah dan memberikan manfaat serta maslahat yang nyata di tengah-tengah masyarakat.
"Semoga apa yang dihadapi bangsa, dihadapi umat, dihadapi semua para pimpinan yang mengemban tugas, diberikan kelancaran dan kesuksesan," ujarnya.