Selasa 20 Jul 2021 18:54 WIB

4 Pelajaran Idul Adha, Qurban, dan Kebaikan untuk Negeri

Idul Adha atau Idul Qurban merupakan momentum tingkatkan kesalehan sosial

Idul Adha atau Idul Qurban merupakan momentum tingkatkan kesalehan sosial. Ilustrasi qurban
Foto:

Oleh : KH Muhammad Zaitun Rasmin MA, Wakil Sekreatris Dewan Pertimbangan MUI Pusat dan Ketua Umum Wahdah IslamiyahKetua

Meskipun tiga hari Tasyriq ini tak memiliki kemuliaan sebesar Idul Adha, namun sangat penting bagi umat Islam untuk mengisinya dengan amalan-amalan saleh yang disunahkan terkhusus ibadah dzikir. Allah Ta'ala berfirman,

واذكروا الله في أيام معدودا "Berdzikirlah mengingat Allah pada hari-hari yang telah ditentukan jumlahnya (yakni hari-hari Tasyriq)."(QS Al Baqarah 203)

Namun, demi memberikan kesempatan bagi kaum mukminin untuk saling berbagi makanan dan minuman pada hari ini, maka puasa di dalamnya dilarang. Terlepas dari dua pandangan para ulama, apakah puasa pada hari-hari Tasyriq ini haram atau hanya makruh, tetapi pantas bagi seorang Muslim untuk meninggalkan yang makruh demi meraih pahala di hari-hari ini dengan menjadikannya hari sebagai silaturahmi, berbagi makan, minum, dan hal-hal yang dibutuhkan masyarakat sekitarnya. Rasulullah SAW bersabda, "Hari-hari tasyriq adalah hari-hari makan dan minum." (HR Muslim 1141)

Nah, agar euforia perayaan Idul Adha kali ini tidak tersia-siakan dengan berbagai kelalaian atau acara-acara yang tidak islami, maka sangat penting bagi kita semua untuk memperhatikan berbagai amal saleh, baik ibadah mahdhah ataupun gairu mahdhah dalam momen empat hari raya secara berturut-berturut ini. Tujuannya agar kita keluar dari hari-hari ini dalam kondisi hati yang suci, keimanan yang meningkat, serta akhlak yang semakin berkualitas. Di antara hal tersebut adalah:

Pertama, berqurban, atau menyembelih hewan qurban dan membagi-bagikan dagingnya kepada mereka yang membutuhkan agar tetap merasakan kebahagiaan yang sama dengan kita di hari ini, apalagi dalam musim pandemi ini. Di antara fadilah berqurban di hari-hari ini adalah:

Memiliki pahala yang besar di sisi Allah Ta'ala karena qurban ini merupakan syiar agama Allah yang sangat mulia dan intisari dari ketakwaan. Dia berfirman: 

ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ  "Demikianlah (perintah Allah). Siapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, sesungguhnya hal itu termasuk dalam ketakwaan hati."(QS Al-Hajj 32)

Bahkan lantaran agungnya, Allah SWT sampai menggandengkan penyebutannya dalam Alquran dengan ibadah sholat:

فصل لربك وانحر "Maka, laksanakanlah sholat karena Tuhanmu dan berqurbanlah." (QS Al Kautsar: 2)

Mendatangkan ketenangan serta peningkatan takwa dan kesucian hati. Hal ini tergambarkan dari karakter orang yang ikhlas berqurban karena Allah Ta'ala, yaitu sifat-sifat 'kebinatangan' dalam dirinya berupa egoisme, hawa nafsu, sikap tidak peduli pada sesama, dan kezaliman 'tersembelih' dari sejak awal dirinya berazam untuk berqurban, dan sifat-sifat itu semakin sirna dari jiwanya saat hari H penyembelihan qurban tiba. Tapi, harus dengan syarat ada keikhlasan karena Allah Ta'ala.

Pemilihan hewan qurban yang baik dan berkualitas. Aktivitas pemilihan ini menggambarkan kepedulian tinggi seorang yang berqurban terhadap ibadah mulia ini, sekaligus sebagai bukti ketakwaannya kepada Allah, karena benar-benar merasakan bahwa hewan yang akan diqurbankan kepada Allah harus  terjauhkan dari cacat dan aib.

Adanya rasa kepedulian agama sekaligus sosial yang tinggi. Pemahaman yang baik terhadap konsep ajaran Islam yang luar biasa yang tak hanya mengentaskan kemiskinan, tapi dalam qurban ini tergambarkan konsep pemerataan kesehatan dan gizi di kalangan masyarakat, agar yang sehat tak hanya orang-orang kaya. Mungkin saja prioritas daging ini diberikan pada mereka di Idul Adha lantaran pada Idul Fitri mereka telah mendapatkan pembagian gizi pokok (karbohidrat). 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement