REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Ribuan pengunjuk rasa di London, Inggris menuntut kemerdekaan bagi Palestina dalam aksi demonstrasi yang digelar pada Sabtu (26/6) waktu setempat. Mereka berdemonstrasi menentang kebijakan pemerintah Konservatif Inggris.
Dalam aksinya, seperti dilansir dari Wafa, Ahad (27/6), para demonstran berteriak menuntut kemerdekaan Palestina sambil berjalan melintasi pusat kota London menuju Parlemen. Aksi ini turut dihadiri oleh tokoh politik Inggris terkemuka, termasuk Jeremy Corbyn, mantan pemimpin oposisi utama Partai Buruh.
Corbyn lewat cicitan di Twitter menyampaikan serangan provokatif yang sengaja menargetkan masjid Al-Aqsa dan invasi rumah yang sedang berlangsung di Sheikh Jarrah telah menyebabkan kekerasan yang mengerikan di Yerusalem. Menurutnya, Israel sebagai kekuatan pendudukan seharusnya memperbaiki situasi saat ini dan tidak memperburuknya.
Di Parliament Square, Corbyn dan beberapa tokoh lain seperti anggota parlemen Partai Buruh Zara Sultana dan aktivis Black Lives Matter Majestic Marvina, turut menyampaikan pendapatnya pada aksi unjuk rasa itu.
Para pengunjuk rasa terlihat berjalan di Oxford Street dalam jumlah besar setelah berkumpul di Hyde Park sambil membawa spanduk mendukung Palestina. Kemudian mereka disambut oleh aksi demonstrasi lain yang pro-Israel.
Demonstrasi pembebasan Palestina tersebut bukan pertama kali terjadi di London. Pertengahan Mei lalu, ribuan demonstran juga turun ke jalan meminta pemerintah Inggris agar tidak membiarkan kekerasan brutal yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina.
Mereka berbaris di kedutaan Israel sambil berteriak 'Bebaskan Palestina'. Aksi ini terjadi setelah pekan kekerasan terburuk di Gaza sejak 2014.
Demonstrasi di London diselenggarakan oleh Kampanye Solidaritas Palestina (PSC), Sahabat Al Aqsa, Forum Palestina di Inggris (PFB), Koalisi Setop Perang, Kampanye Pelucutan Senjata Nuklir dan Asosiasi Muslim Inggris. Duta Besar Palestina untuk Inggris Husam Zumlot mengatakan situasi kali ini berbeda. Rakyat Palestina sudah cukup mengalami penindasan.
"Hari ini kami sudah cukup terlibat dalam kekerasan ini. Terima kasih telah mendukung kami," kata Zumlot.