REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ustadz Arrazy Hasyim seorang pakar hadits asal Minangkabau yang tengah populer lewat kajian-kajian keislamannya di dunia maya. Ia dilahirkan di Koto Tangah, Payakumbuh Sumatra Barat pada 21 April 1986.
Nama dibelakang Ustadz Razy dinisbatkan kepada pendiri Nahdlatul Ulama (NU), Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari. Dia pun mengagumi Mbah Hasyim sebagai salah satu muhaddits nusantara. Karena, menurut dia, Mbah Hasyim telah membawa salah satu sanad yang berkelas poros Makkah ke negeri ini.
Selain itu, dia juga mengagumi gurunya di Darus Sunnah sekaligus santri Mbah Hasyim, yaitu KH Ali Mustofa Yaqub. Namun, muhaddits yang paling ia kagumi dan menjadi inspirasinya adalah Syekh Yasin Al Fadani, ulama berdarah Minang yang lahir di Makkah.
“Syekh Yasin Al Fadani juga pernah mengambil sanad ijazah Hadratussyekh Hasyim Asy’ari. Namun, Syekh Yasin Al Fadani lah yang paling saya kagumi,” ujar Ustadz Razy kepada Republika.co.id, Rabu (16/6).
Semua ulama yang dikagumi tersebut adalah ulama yang berhaluan Ahlussunnah wal Jammah (Aswaja). Tak heran jika dalam dakwahnya kini, Ustadz Razy berkomitmen untuk terus membela Aswaja.
Karena, menurut dia, garansi kebenaran paham Aswaja itu ada pada silsilah dan sanadnya. Hal ini sama halnya dengan garansi kebenaran hadits yang ada pada silsilahnya yang shahih.
“Aswaja menurut saya mempunyai silsilah dan sanad yang kuat, bahkan mutawattir. Dalam pencarian kita alhamdulillah sejak 2006, saya mantap betul memperdalam Aswaja dan membela,” ucap dosen Pascasarjana Institut Ilmu al-Qur’an (IIQ) Jakarta ini.
Menurut Ustadz Razy, Allah tentu tidak perlu dibela, tapi ajaran yang dibawa nabi Muhammad Saw ini perlu dibela untuk tetap berada dalam diri setiap Muslim. “Insya Allah jalan Aswaja jalan yang diridhai Allah dan Rasulullah, namun kita tidak boleh mengkafirkan orang, membidahkan orang kecuali sebatas yang dibolehkan syariat,” kata Ustadz Razi.
Ustadz Razy menempuh pendidikan dasarnya sampai tingkat menengah di Sumatra Barat. Setelah lulus, istikharahnya mengarahkan untuk belajar ke Pondok Pesantren Darus Sunnah Ciputat di bawah bimbingan KH Ali Mustofa Yaqub, alumni Pondok Pesantren Tebuireng.
Di pesantren ini, Ustadz Razi mengkhatamkan enam kitab hadits yang menjadi standar keilmuan ulama muhadditsin, yaitu Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Al Tirmidzi, An Nasa’i, dan Ibnu Majah. Selain itu, dia juga mengambil jurusan Aqidah dan Filsafat di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Di samping itu, dia juga berkesempatan untuk mengikuti kuliah-kuliah pendek dari para ulama Al Azhar, seperti Syekh Prof Hasan Hito, Dr Badi Sayyid Al Lahham, dan Syekh Taufiq Ramadhan Al Buti. Dia terhubung dengan Al Azhar dan Damaskus melalui para ulama tersebut.
“Jadi, selama 2006 sampai 2008, dalam waktu bersamaan sebenarnya saya menempuh tiga model pendidikan, yaitu UIN, kedua Darus Sunnah khusus hadits, dan ketiga Azhari-Damaskiyah. Setelah itu, baru S2 dan S3 saya lanjut di UIN,” jelas Ustadz Razi.