Senin 21 Jun 2021 18:39 WIB

RMI NU: Lanjutkan PTM dengan Catatan

TPM bisa dilanjutkan dengan catatan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
RMI NU: Lanjutkan PTM dengan Catatan. Foto: Sejumlah santri mendapatkan pengarahan prosedur penggunaan alat deteksi Covid-19 GeNose C19 di Ponpes At Taujieh Al-Islamy, Banyumas, Jateng, Senin (22/3/2021). Ponpes At Taujieh Al-Islamy membeli GeNose C19 sebagai persiapan uji coba pembelajaran tatap muka dan kegiatan pondok pesantren menjelang Ramadhan.
Foto: ANTARA/Idhad Zakaria
RMI NU: Lanjutkan PTM dengan Catatan. Foto: Sejumlah santri mendapatkan pengarahan prosedur penggunaan alat deteksi Covid-19 GeNose C19 di Ponpes At Taujieh Al-Islamy, Banyumas, Jateng, Senin (22/3/2021). Ponpes At Taujieh Al-Islamy membeli GeNose C19 sebagai persiapan uji coba pembelajaran tatap muka dan kegiatan pondok pesantren menjelang Ramadhan.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kasus positif Covid-19 masih terus meningkat di berbagai daerah Indonesia. Keadaan ini pun menjadi dilema bagi kalangan pesantren di Indonesia, apakah akan tetap melanjutkan pembelajaran tatap muka (PTM) atau akan mengevaluasinya.

Ketua Umum Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) Nahdatul Ulama, KH Abdul Ghaffar Rozin, mengatakan, pilihan tersebut tidak mudah bagi pesantren. Namun, pria yang akrab dipanggil Gus Rozin tersebut menyarakan agar pesantren tetap melanjutkan PTM dengan catatan.

Baca Juga

“Ini pilihan yang tidak mudah karena masing-masing memiliki konsekuensi. Pilihan terdekat oleh pesantren adalah lanjut dengan catatan. Karena, sungguh susah memulangkan kembali para santri ke rumah dengan prokes. Apalagi, tidak ada jaminan para santri lebih aman ketika berada di rumah,” ujar Gus Rozin kepada Republika.co.id, Senin (21/6).

Dia mengatakan, para pengurus pesantren bisa saja melanjutkan pembelajaran tatap muka di tengah meningkatnya kasus Covid-19. Dengan catatan, kata dia, pesantren tersebut harus menyiagakan kembali satgas pesantren dan melakukan penyegaran informasi terhadap mereka.“Dalam hal ini RMI siap memfasilitasi,” ucap Gus Rozin.

Selain itu, menurut dia, pesantren yang melanjutkan kegiatan PTM juga harus disiplin dan konsisten menerapkan protokol kesehatan terhadap siapa pun, termasuk kepada para tamu kiai. Kemudian, pesantren juga harus menyiapkan pos kesehatan pesantren (poskestren) dan ruang isolasi beserta tenaga pendamping yang cukup.

“Kemudian, pesantren juga harus menyiapkan logistik dan obat-obatan dalam jumlah yang cukup, disesuaikan dengan populasi santri,” katanya.

Sementara, khusus mata pelajaran atau kitab yang diajarkan oleh para ustaz yang tinggal di luar kompleks pesantren, juga harus diselenggarakan secara daring. Karena, bisa saja para ustaz yang dari luar tersebut membawa virus Covid-19.

“Pesantren juga harus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan dinkes atau faskes setempat atau menyiapkan dokter pendamping, serta harus mengomunikasikan kebijakan dan kesiapan pesantren menghadapi pandemi dengan wali santri agar tidak menimbulkan kegelisahan,” ujar Gus Rozin menjelaskan.

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement