REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kejujuran merupakan lawan dari dusta. Jujur memiliki arti kecocokan dengan fakta sebenarnya.
"Dan ibunya adalah seorang siddiqah" (Surat Al Maidah ayat 75).
Dalam buku Hijaz The Practice, yang dimaksud Siddiqah ini adalah rang yang berlaku jujur baik dalam perbuatan maupun perkataan. Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam disifati Ash Shadiqul Amin (jujur dan terpercaya).
Sifat ini diketahui orang-orang Quraisy jauh sebelum Nabi diangkat sebagai Rasul. Hal yag sama terjadi pula pada Nabi Yusuf As. "Yusuf, Wahai Orang yang dipercaya"(Surat Yusuf ayat 46).
Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir mengatakan, jujur merupakan karakter terpuji. Karena itu, sebagian besar sahabat tidak mencoba-coba melakukan kedustaan baik di masa jahiliyah terlebih saat masuk Islam.
"Sesungguhnya jujur meurpakan ciri keimanan, sebagaimana dusta ciri kemunafikan,"kata Ibnu Katsir. Menurut Ibnu Katsir, barangsiapa yang jujur dia pasti akan beruntung.
Dalam Alquran surat At Taubah ayat 119, Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar"
Pada ayat ini, Ibnu Katsir mengungkap, Allah SWT mengisyaratkan kepada kaum Muslimin untuk senantiasa bersama orang-orang yang jujur.