REPUBLIKA.CO.ID, LANCASHIRE -- Dua siswa sekolah menengah di sebuah sekolah di Inggris dijatuhi sanksi dengan diskors setelah merobek Alquran di depan teman-teman sekelas mereka. Fulwood Academy, tempat sekolah kedua murid itu, menggambarkan tindakan mereka sebagai hal yang mengerikan dan menyebut tindakan demikian tidak memiliki tempat di masyarakat.
Dalam sebuah surat kepada orang tua dan wali, Kepala Sekolah Dave Lancaster dan Ketua Pimpinan Joan Dean mengatakan langsung memberi tahu Lancashire Constabulary and Prevent, sebuah inisiatif antiterorisme Pemerintah.
"Bukan niat kami menyembunyikan atau menghindar dari tindakan ini dan kami dapat meyakinkan semua orang kami akan bekerja sama untuk lebih memperkuat komunitas kami dan membangun komitmen mendalam kami untuk inklusi, keragaman, dan kesetaraan," kata sekolah, dilansir di The Sun, Rabu (16/6).
Kedua siswa yang terlibat dalam penodaan Alquran itu telah diskors sementara masalah tersebut diselidiki. Polisi antiterorisme sekarang sedang menyelidiki setelah dua insiden terpisah di Fulwood Academy di Preston pekan lalu.
Polisi Preston merilis sebuah pernyataan yang mengatakan mengetahui spekulasi di media sosial terkait insiden di sebuah sekolah di Black Bull Lane, Fulwood. Polisi menerima laporan kejahatan kebencian pada Kamis (10/6).
Polisi kemudian mendatangi sekolah tersebut pada Jumat pagi. Saat berada di sekolah tersebut, polisi menerima informasi lebih lanjut tentang kejahatan kebencian kedua yang dilaporkan.
Sebagai hasilnya, dua siswa mendatangi kantor polisi Preston pada Sabtu pagi dan mereka diwawancarai oleh petugas. Menurut polisi, penyelidikan mereka sangat berkelanjutan dan mereka bekerja sama dengan sekolah untuk mengatasi masalah itu.
"Kami menyadari dampak insiden ini dalam masyarakat dan untuk alasan itu kami memperlakukannya sebagai Insiden Kritis. Semua orang di daerah kami harus dibiarkan menjalani hidup mereka bebas dari pelecehan dan ketakutan akan kejahatan kebencian," kata polisi Preston.
Polisi lantas kejahatan kebencian telah menyebabkan penderitaan besar bagi para korbannya. Karena itu, mereka berkomitmen menyelidiki semua kejahatn dan insiden yang dimotivasi oleh kebencian, mendukung para korban, dan membawa pelaku ke pengadilan. Setiap potensi tuntutan pidana kemungkinan akan datang dari the Crown Prosecution Service ketimbang polisi, yang berarti masalah itu bisa memakan waktu lama untuk diselesaikan.