Jumat 28 May 2021 19:39 WIB

Epidemiolog Khawatir Vaksinasi Timbulkan Rasa Aman Semu

Warga abai terhadap protokol kesehatan karena sudah merasa aman akibat divaksin

Para pemain Persis Solo menjalani vaksinasi Covid-19 di Rumah Sakit dr Oen Kandang Sapi Solo, Jumat (28/5).
Foto: Persis Solo
Para pemain Persis Solo menjalani vaksinasi Covid-19 di Rumah Sakit dr Oen Kandang Sapi Solo, Jumat (28/5).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ahli Epidemiologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dr Riris Andono Ahmad menyatakan rasa kekhawatirannya karena vaksinasi Covid-19 yang terus diupayakan pemerintah memunculkan rasa aman semu bagi sebagian warga. Hal ini menyebabkan warga menjadi abai terhadap protokol kesehatan karena menganggap dirinya sudah kebal dari Covid-19.

"Jangan malah justru menimbulkan rasa aman semu karena toh divaksinasi tidak membuat orang 100 persen terhindar dari infeksi Covid-19," kata Riris dihubungi di Yogyakarta, Jumat (28/5).

Menurut Riris, hingga saat ini upaya vaksinasi Covid-19 masih terus digencarkan pemerintah sehingga untuk mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok. Untuk benar-benar menghentikan pandemi, herd immunity harus tercapai lebih dahulu yakni dengan vaksinasi minimal menjangkau 70 persen dari penduduk Indonesia.

"Sekarang berapa banyak, paling vaksinasi baru mencapai tiga persen dari populasi. Dengan demikian kira-kira ada dampak atau tidak?" kata dia.

Menurut dia, timbulnya rasa aman semu merupakan efek samping secara komunitas dari pelaksanaan vaksinasi di mana orang tidak memahami secara penuh batasan dari vaksinasi. Oleh sebab itu, seiring proses pembentukan kekebalan di level komunitas, masyarakat yang telah memperoleh vaksin harus tetap menerapkan 5M mencakup mengenakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas secara konsisten.

Tanpa menerapkan 5M secara ketat, ia memperkirakan penularan Covid-19 berpotensi masih akan terus terjadi meski sebagian warga telah disuntik vaksin COVID-19."Tidak ada cara lain kecuali 5M sampai beberapa tahun ke depan. Kalau tidak, ya risiko kita tertular semakin tinggi," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement