REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Komunikasi dan Aliansi Strategis Dompet Dhuafa, Bambang Suherman, mengatakan sejak ketegangan kembali terjadi antara Israel dan Palestina jalur distribusi bantuan ke Palestina mengalami gangguan.
"Kami kembali ke cara lama dengan menghubungi relawan di Turki, Yordania dan Mesir untuk menyalurkan bantuan ke Palestina karena jaringan komunikasi langsung terhambat,"ujar dia kepada Republika, pekan lalu.
Dugaan sementara, wilayah yang hancur adalah pusat kota dan pusat koordinasi pemerintahan serta kelompok bersenjata di Gaza serta pemukiman padat penduduk termasuk kantor berita Aljazirah.
Sejak 2009, Dompet Dhuafa telah menyalurkan bantuan untuk Palestina dalam bentuk food bank, salah satunya merevitalisasi pabrik roti di wilayah Gaza, Bambang khawatir pabrik tersebut akan terdampak oleh bombardir Israel. Dompet Dhuafa juga masih mengembangkan program lain seperti pertanian dan peternakan kelinci. Namun hingga saat ini informasi terbaru terkait kondisi keduanya belum diketahui.
"Kalau dapur umum bentuknya nonpermanen, sehingga dapat terus berjalan dan saat ini pengungsi masih bertahan di Gaza karena memang tidak bisa keluar dan memilih di tempat yang relatif aman dari zona merah, terutama perempuan, anak-anak dan lansia," ujar dia.
Saat ini bantuan mendesak yang sangat dibutuhkan warga Palestina, terutama warga Gaza adalah instalasi kesehatan dan logistik. Sedangkan rumah sakit, masih dalam tahap pembangunan bain di Hebron maupun di Raffah perbatasan Mesir.
Bambang juga mengkhawatirkan perbatasan Raffah yang ikut menjadi target penyerangan. Karena Raffah menjadi jalur pendistribusian bantuan untuk warga Palestina di Gaza melalui bawah tanah.