REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebuah unjuk rasa mendukung perjuangan rakyat Palestina diadakan di ibu kota Inggris, London. Mereka mengutuk kejahatan rezim Zionis terhadap orang-orang Palestina yang tidak berdaya.
Mereka membawa tanda dan plakat bertuliskan, "Kebebasan untuk Palestina", "Israel adalah rezim Apartheid", dan "Hentikan pembersihan etnis (di Palestina)” dan membakar bendera Israel. Para demonstran juga menyerukan diakhirinya dukungan pemerintah Inggris untuk rezim Tel Aviv.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 248 warga Palestina tewas dalam serangan Israel, termasuk 66 anak-anak dan 39 wanita, dan setidaknya 1.910 lainnya terluka.
Sebelumnya, Pasukan Israel dan Hamas sepakat melakukan gencatan senjata di jalur Gaza, kata faksi Islam Palestina dan TV Pementah Mesir, Jumat (21/5). Kesepakatan damai yang dilakukan pada Jumat (21/5) pukul 2 dini hari itu merupakan isulan dari pemerintah Mesir untuk mengakhiri pertempuran sengit kedua negara yang semakin memanas.
"Perlawanan Palestina akan mematuhi perjanjian ini selama Pendudukan (Israel) melakukan hal yang sama," kata Taher Al-Nono, penasihat media untuk kepala Hamas Ismail Haniyeh, kepada Reuters, menambahkan bahwa gencatan senjata ini akan "saling menguntungkan dan simultan".
Dalam pidato yang disiarkan televisi, Abu Ubaida, juru bicara sayap bersenjata Hamas, mengatakan, "Dengan pertolongan Tuhan, kami dapat mempermalukan musuh, entitasnya yang rapuh, dan pasukannya yang buas."
Dia mengancam akan menembakkan roket Hamas yang akan mencapai seluruh Israel jika Israel melanggar gencatan senjata atau menghantam Gaza sebelum jam implementasi. Kedua belah pihak juga masih terus bertukar serangan, bahkan beberapa menit setelah pengumuman kesepatakan damai.