Jumat 23 Apr 2021 04:47 WIB

Kontroversi Kahina Bahloul, Imam Wanita di Prancis

Bahloul adalah lulusan jurusan hukum dan dulu berprofesi sebagai broker asuransi.

Rep: Alkaeedi Kurnialam/ Red: Agung Sasongko
Muslim Prancis (ilustrasi)
Foto:

Sekularisme dan peran agama

Presiden Emmanuel Macron menyatakan perang melawan apa yang dia gambarkan sebagai "separatisme Islam" dan berjanji untuk memulihkan nilai-nilai republik di negara itu.

Pemerintahannya mengumumkan penutupan masjid, membuka penyelidikan atas pembiayaan lembaga keagamaan, dan meminta perwakilan Muslim untuk menandatangani piagam tentang prinsip-prinsip Republik.

 RUU yang disebut 'anti-separatisme' telah disahkan oleh kedua majelis parlemen tetapi harus diperdebatkan lagi oleh anggota parlemen, mengingat ada lusinan amandemen yang diusulkan oleh majelis dan senat. Dan sementara beberapa anggota komunitas Muslim terbesar di Eropa mengkritik tindakan terbaru yang menuduh pemerintah memusuhi Muslim, Bahloul mengatakan sudah waktunya untuk 'Islam di Prancis'.

"Kita perlu membuat institusi yang mewakili Islam di Prancis. Ini masih belum terjadi sampai hari ini, karena CFCM (atau Dewan Kepercayaan Muslim Prancis) mewakili 'Islam konsuler', yaitu Islam yang  didanai dan dikelola oleh salah satu negara Muslim seperti Aljazair, Turki, Maroko atau negara-negara Teluk, ”tambahnya. 

Bahloul mengatakan, kuncinya adalah, sekali lagi, bagi Muslim Prancis untuk merebut kembali keyakinan mereka dengan bacaan dan interpretasi teks yang muncul dari para pemikir Prancis dan Muslim di Prancis. "Itulah yang kami coba lakukan," katanya. Alkhaledi Kurnialam

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement