IHRAM.CO.ID, Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika.
Sahabat Serbia-Bosnia saya, Edin Hidzalik, semalam membikin kejutan. Dia mengirim sebuah tulisan di laman wikipedia.org yang berjudul menarik mengenai nasib dan persekusi Muslim di Eropa pada abad 19: 'Persecution of Muslims during Ottoman contraction' (Penganiayaan Muslim selama kontraksi Ottoman ).
Mengapa ini menarik? Jawabnya, karena di sini teraba akar kebencian yang ada di benak orang Eropa terhadap Islam, khususnya Ottoman. Dan ini jejaknya sangat panjang, muai dari kecamuk erang Salib hingga penaklukan Kekhalifahan Abbasiyah di Cordova (Spanyol), hingga penaklukan Konstantinopel.
Maka tidaklah mengherankan bila menjelang pergantian abad lalu, Paus Johanes Paulus II pernah ketus berkata bahwa akar Eropa adalah Kristen. Padahal bagi orang Muslim Eropa asli mereka akan tertawa sebab faktanya akar Eropa budaya Eropa bukanlah itu. Kata mereka akar Eropa adalah budaya Pagan, Kristen datang kemudian setelah itu.
Agar lebih jelas kita nikmati saja tulisan 'Persecution of Muslims during Ottoman contraction' selengkapnya. Tulisan akan dibuat secara serial:
-------
Selama kemunduran dan pembubaran kekalifahan Ottoman, Warga Muslim Eropa seperti di Albania, Bosnia, Serbia, Yunani, Pomaks, Circassian, dan wilayah Ottoman Turki di Eropa lainnya) sering mendapati diri mereka sebagai minoritas teraniaya.
Kenyataan pahit ini terjadi pada awal abad 20, tepatnya setelah pudarnya kekuatan Ottoman pada tahun 1923. Kala itu wilayah Ottoman ditarik, perbatasannya hanya sebatas Turki masa kini.
Akibatnya, populasi Muslim ini, yang lima ratus tahun lebih menikmati status minoritas di bawah hegemoni Ottoman, menjadi sasaran perampasan, pembantaian, dan bahkan pembersihan etnis.
Maka, pada abad ke-19 itu kemudia bisa menyaksikan kebangkitan nasionalisme di Semenjang Balkan. Ini bertepatan dengan penurunan kekuasaan Ottoman, yang menghasilkan pembentukan beberapa negara baru di Eropa seperti Yunani, Serbia, Bulgaria, Rumania yang merdeka.
Pada saat yang sama, Kekaisaran Rusia berkembang menjadi wilayah yang sebelumnya dikuasai Ottoman atau sekutu Ottoman di wilayah Kaukasus dan Laut Hitam.
Konflik ini menimbulkan banyak pengungsi Muslim. Bahkan, penganiayaan terhadap Muslim berlanjut selama Perang Dunia I oleh pasukan Rusia yang menyerang di timur dan selama Perang Kemerdekaan Turki di barat, timur, dan selatan Anatolia oleh orang Yunani dan Armenia.
Setelah Perang Perang Yunani-Turki, pertukaran populasi antara Yunani dan Turki terjadi, dan sebagian besar Muslim di Yunani saat itu pergi. Selama masa ini banyak pengungsi Muslim, yang disebut 'Muhacir' (dari kata Muhajirin) menetap di Turki .
Kehadirian Turki dan Proses Islamisasi di Balkan
Untuk pertama kalinya, ekspedisi militer Utsmaniyah bergeser dari Anatolia ke Eropa dan Balkan dengan pendudukan di semenanjung Gallipoli pada tahun 1350-an.
Setelah wilayah itu ditaklukkan oleh Kekaisaran Ottoman Muslim, kehadiran Turki tumbuh. Beberapa pemukim adalah Yoruks , pengembara yang dengan cepat menjadi menetap, dan lainnya berasal dari kelas perkotaan.
Mereka menetap di hampir semua kota, tetapi mayoritas menetap di Balkan Timur. Daerah utama pemukiman adalah Ludogorie, Dobrudzha, dataran Thracian, pegunungan dan dataran Yunani utara dan Makedonia Timur di sekitar sungai Vardar.
Antara abad ke-15 dan ke-17, sejumlah besar penduduk asli Balkan masuk Islam . Tempat-tempat konversi massal berada di Bosniam Albaniam Kreta, dan Pegunungan Rhodope. Beberapa penduduk asli masuk Islam dan menjadi Turki dari waktu ke waktu, terutama di Anatolia.
Adanya fakta ini, bila kemudian pada abad 19 dan kemudian terulang dalam konflik berdarah yang kejam pada 1990-an pada konflik di semenajung Balkan, adalah hal yang disengaja. Teror dirancang itu dibuat untuk memicu perpindahan penduduk keluar dari wilayah tertentu. Tujuan jelas menargetkan penduduk sipil Muslim serta untuk mengukir negara-negara yang secara etnis homogen.