Jumat 02 Apr 2021 10:03 WIB

Studi: Ramadhan Saat Pandemi di Inggris tidak Merugikan

Ibadah Ramadhan tidak memiliki efek merugikan pada kematian akibat Covid-19.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Studi: Ramadhan Saat Pandemi di Inggris tidak Merugikan. Jamaah masjid Al Abbas Islamic Center, Balsal Heath,  Birmingham Inggris menerima suntikan vaksin Covid-19, Kamis (21/1). Diharapkan sekitar 300 hingga 500 orang menerima vaksin di tempat ini.REUTERS/Carl Recine
Foto:

Ketidaksetaraan ini dinilai menjadi pendorong utama ketimpangan kondisi kesehatan yang terjadi pada semua kelompok yang kurang beruntung secara sosial, sebelum dan juga selama pandemi Covid-19. Laporan dari Journal of Global Health ini didasarkan pada analisis komparatif tingkat kematian Covid-19 selama Ramadhan tahun lalu, yang dimulai pada 23 April, tak lama setelah gelombang pertama pandemi memuncak di Inggris.

Selama periode Ramadhan, perayaan dan sholat berjamaah di masjid dibatalkan sejalan dengan karantina nasional. Para peneliti juga menganalisis tingkat kematian di lebih dari selusin wilayah otoritas lokal di Inggris, di mana populasi Muslimnya minimal 20 persen. Mereka justru menemukan kematian terus menurun di daerah-daerah tersebut selama periode Ramadhan.

Lebih lanjut, tren ini berlanjut setelah Ramadhan. Hal ini menunjukkan tidak ada efek merugikan yang tertinggal dari puasa di wilayah Muslim.

Salah satu penulis penelitian tersebut Salman Waqar mengatakan temuan tersebut menunjukkan Ramadhan tidak memiliki efek merugikan pada perkembangan Covid-19 di negara tersebut. Dia mengindikasikan data tersebut juga bertentangan dengan komentar dari beberapa politisi dan komentator lain. Mereka sebelumnya mengatakan komunitas tertentu, khususnya Muslim bertanggung jawab atas peningkatan kasus tahun lalu.

Dewan Muslim Inggris (MCB) selaku badan payung Muslim terbesar di Inggris mengatakan laporan itu membantah asumsi negatif yang sebagian besar disampaikan oleh sayap kanan. Mereka menyebut Muslim akan melanggar aturan karantina di bulan Ramadhan dan menyebabkan lonjakan infeksi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement