Selasa 16 Mar 2021 13:13 WIB

UII Luncurkan Pusat Studi Tafaquh

Pusat Studi Tafaquh diharap memfasilitasi civitas UII lebih akrab dengan Alquran.

Rep: Wahyu Suryana, Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
Penasihat Utama Pusat Studi Tafaquh UII, KH Bahauddin Noersalim (kiri) bercengkerama dengan Rektor UII Fathul Wahid dalam peluncuran Pusat Studi Tafaquh UII, di Yogyakarta, Selasa (16/3).
Foto: istimewa
Penasihat Utama Pusat Studi Tafaquh UII, KH Bahauddin Noersalim (kiri) bercengkerama dengan Rektor UII Fathul Wahid dalam peluncuran Pusat Studi Tafaquh UII, di Yogyakarta, Selasa (16/3).

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Universitas Islam Indonesia (UII) meluncurkan Pusat Studi Alquran dan Hadits (Tafaquh). Diluncurkan lewat Ngaji Bareng bersama Pendiri Pusat Studi Alquran, Prof Quraish Shihab dan Penasihat Utama Pusat Studi Tafaquh UII, KH Bahauddin Noersalim (Gus Baha).

Ngaji Bareng dimoderatori Dosen Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII sekaligus Ketua Pusat Studi Tafaquh UII, Fajar Fandi Atmaja. Sedangkan, Gus Baha sendiri sekaligus merupakan Penasihat Utama Pusat Studi Tafaquh UII.

Baca Juga

Rektor UII, Prof Fathul Wahid mengatakan, Pusat Studi Tafaquh merupakan ide yang sudah lama disemai pendulu UII. Pendiriannya merupakan ikhtiar UII untuk semakin mengakrabi Alquran dan hadits, serta memahaminya secara lebih baik.

Istimewanya, kata Fathul, waktu pendirian Pusat Studi Tafaquh UII bersamaan peringatan Milad 78 Tahun UII didirikan. Ia menekankan, mengkaji Alquran dan hadits selalu menghadirkan tilikan-tilikan baru yang sesuai perkembangan zaman.

Ia berharap, kehadiran Pusat Studi Tafaquh dapat memfasilitasi civitas UII mengembangkan diri agar lebih akrab dengan Alquran dan hadits. Mentranslasi pesan-pesan dalam ikhtiar konkrit yang berandil memecahkan masalah bangsa.

Fathul turut berharap, Pusat Studi Tafaquh UII dapat membantu riset-riset yang dikembangkan tidak hanya untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan. Tapi, bisa berimbas memberikan kebaikan-kebaikan yang dirasakan khalayak lebih luas.

"Kajian terhadap Alquran dan hadits diharap menjadi pita kolektif yang memandu semua proses pendidikan dan pengembangan, serta aplikasi ilmu pengetahuan di UII selalu sejalan dengan nilai-nilai Islam," kata Fathul, Selasa (16/3).

Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf (PYBW) UII, Drs Suwarsono Muhammad menuturkan, dalam tradisi kita belajar melalui karya-karya ulama besar. Kini, kita memiliki 'keberanian' melihat kitab besarnya yaitu Alquran dan hadits.

Ia menilai, untuk sampai ke sana ada proses yang sangat panjang karena tidak semua orang berani menengok langsung kitab besar tersebut. Karenanya, Suwarsono mengaku bersyukur UII memiliki keberanian dan keteguhan melakukan itu semua.

Dalam mengkaji Alquran dan hadits, ia berharap, Pusat Studi Tafaquh UII mampu menggerakkan bentuk yang ada di dalam maupun bentuk yang ada di luar. Sebab, sebagian besar umat Islam sudah mencurahkan perhatian kepada bentuk lahiriyah.

"Saya ingin menegaskan, yang batin dan yang lahir harus jelas kita perjuangkan bersama agar peradaban Islam kembali mengedepan, serta tugas membangun kembali peradaban Islam itu bukan sesuatu yang mustahil," ujar Suwarsono. 

Sedangkan Gus Baha menjelaskan ada beragam seni ulama dalam memaknai Alquran. Ada ulama yang memilih mencari aman dalam memaknai Alquran, semisal dalam hal memaknai huruf-huruf singkatan (muqatta'ah) dalam pembukaan beberapa surat semisal Alif Lam Mim, Yasin dan sebagainya yang memilih menyandarkannya kepada Allah. 

Ada juga ulama memaknai ayat muqatta'ah dengan memaknai setiap hurufnya. Oleh karena itu penting untuk mempelajari Alquran dengan berpegang dan didampingi ulama guna mengantisipasi pemaknaan setiap ayat dalam Alquran. Pada sisi lain, jelasnya ada juga ayat-ayat yang penuh misteri yang membuat para ulama pasti berbeda dalam tafsirnya. 

"Jadi analisis tafsir itu tidak ada selesainya, semuanya butuh  perangkat dan di antara perangakat itu adalah fitrah salimah.  Sehingga memaknai Quran itu baik dengan ilmiah maupun dengan fitrah salimah itu akan sama-sama menelurkan makna yang sahaih asal berlandaskan riwayat yang sahih," ujar Gus Baha saat menjadi pembicara dalam acara tersebut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement