Ahad 28 Feb 2021 05:40 WIB

Perang Mematikan Perancis-Makassar di Thailand

Perang Mematikan Perancis-Makassar di Thailand

Perang Makassar
Foto: google.com
Perang Makassar

Tanpa bisa dielakkan lagi, terjadi kontak senjata. Perlawanan pun pecah. Pasukan Daeng Mangalle yang berjumlah 47 orang dan hanya bersenjata tombak dan badik melawan 700-an serdadu Eropa. Daerah sekitar Sungai Chao Phraya pun jadi medan perang sengit selama tiga pekan beruntun. Ratusan rumah terbakar, penduduk sipil turut menjadi korban.

Orang-orang Makassar menghadapi pasukan Eropa dengan "semangat siri," keyakinan untuk membela kehormatan sampai titik darah penghabisan. Mereka menyerang orang-orang Eropa dengan mengerikan, mengejar pasukan Prancis dan Portugis yang saat itu juga hendak membantai perempuan dan anak-anak. 

Dengan merunduk mereka menyerang dan mengejar pasukan lawan dg tombak dan badiknya bagai orang kesetanan tanpa takut mati, tanah di tepi sungai serta air sungai memerah, sejengkal demi sejengkal tanah yang dilewati menjadi ladang pembantian, wanita, anak-anak semua dibunuh tanpa kecuali.

Enam orang Makassar menyerang pagoda dan membunuh beberapa prajurit serta biarawan di sana. Sebanyak 366 orang prajurit Perancis ditewaskan oleh enam orang Makassar yang mengamuk kesetanan dengan tombak dan badiknya.

Siasat licik pencegatan kapal dengan harapan menangkap para pemimpin pemberontak malah berakhir nihil. Claude de Corbin, pemimpin garnisun Prancis sendiri nyaris kehilangan nyawa. Upaya Raja Phra Narai untuk mengajak orang Makassar berunding pun menemui jalan buntu.

Kehabisan cara membujuk, koalisi Ayutthaya-Eropa melaksanakan pengepungan kampung Makassar pada 23 September 1686. Raja memerintahkan serangan besar-besaran ke perkampungan orang Makassar. Prinsip orang Bugis Makassar “Sekali Layar Berkembang Pantang Surut Kebelakang” menghadapi tantangan yang sebenarnya. 

Menyadari bahwa sudah tidak ada kemungkinan lain selain bertempur sampai mati,dan setelah menyadari mereka tak akan memenangkan pertempuran, banyak diantara mereka terpaksa membunuh istri dan anak-anaknya untuk menghindarkan keluarga mereka dari perbudakan dan di perkosa.

Beberapa kali pasukan Siam harus mundur menghadapi perlawanan orang Makassar yang sangat berani dan nekat.Akhirnya setelah melakukan serangan total, kampung Makassar pun jatuh. Daeng Mangalle sendiri terluka dengan lima tusukan tombak. Setelah tangannya tertembak, ia langsung menerjang perdana menteri Ayutthaya dan membunuh seorang Inggris yang menghalanginya sebelum pada akhirnya ia tewas terkapar. 

Demikianlah akhir dari pertempuran itu 22 orang Makassar akhirnya menyerah dan 33 orang prajurit Makassar dikumpulkan. Perlakuan terhadap orang Makassar yang tersisa sungguh tak terperikan kejamnya, ada yang dikubur hidup-hidup, berdiri sampai leher dan mati setelah diperlakukan dan di cemohkan serta dihinakan tanpa belas kasihan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement