Ketika teman, kolega serta tetangga bertanya soal Pasar Muamalah yang dinyinyiri sebagai upaya menebar virus khilafah serta transaksi menggunakan uang asing. Sekali lagi yang hanya bisa cengengesan. Mau jawab apa ya?
Mendadak saya ingat Pasar Papringan di Kedu Temanggung, yang dijadikan salah satu destinasi wisata (sekarang vakum karena korona). Transaksi di pasar itu tidak menerima rupiah. Tetapi harus menukarkan rupiah dengan bilah bambu. Artinya, bilah bambu yang didesain sedemikian rupa menjadi alat tukar di pasar yang luar biasa uniknya itu.
Rupanya jawaban itu membuat teman, kolega, dan tetangga yang bertanya bilang ‘’Oooooooooo…’’. Tapi selalu ditambahi, "Kok ditangkap polisi?’’
Waduh kalau soal ini saya kurang tahu. Tapi yang jelas, adik saya itu tidak melakukan penipuan atau tindak kriminal.
Keterangan foto: Alat transaksi di Pasar Papringan. Pembeli menukar uang rupiah supaya bisa melakukan jual beli di pasar Papringan. Alat tukar ini terbuat dari bilahan bambu dalam bentuk empat persegi panjang. Sebelumnya, alat tukar ini berbentuk bulat.
Saya beserta keluarga dan Zaim Saidi hanya berpegang teguh pada kebenaran, dan saya hakkul yakin, di balik setiap peristiwa ada hikmah. Dan saya, adik, serta kakak-kakak meyakini, inilah salah satu cara Allah mengangkat derajat seseorang atas kebaikan serta ilmu dan harta yang bermanfaat bagi semua orang.
Makanya, setiap ada orang bertanya, saya mengatakan, kami semua bangga, kami semua memberi dukungan penuh bagi keluarga adik saya.
Dukungan juga datang dari banyak kalangan yang mengatakan: tidak ada yang salah pada Pasar Muamalah yang digagas Zaim.
Apalagi dinar dan dirham yang digunakan adalah buatan PT Antam, sebuah BUMN. Sebagaimana di tulis dalam editorial Koran Tempo (Senin, 15/2/2021) dinar dan dirham yang dijadikan alat tukar di pasar itu bukan uang dari negara lain, melainkan satuan emas dan perak yang dijual bebas oleh PT Aneka Tambang. Semua orang bebas membeli dinar dan dirham dengan berbagai berat dan varian.
Sistem barter yang digagas Zaim, selain tidak beda dengan di Pasar Papringan, tidak jauh berbeda dengan penggunaan uang digital, seperti GoPay, OVO, dan Dana. Semuanya dibeli dengan alat tukar rupiah lalu digunakan untuk bertransaksi.
Keterangan foto: Pasar Papringan beserta tempat penukaran uangnya yang menggunakan alat tukar bilah bambu. (foto: GuideKu.com).