REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak yang meninggal sebenarnya adalah makhluk Tuhan Yang Maha Pengasih, salah satu ciptaan-Nya, dan titipan Allah kepada orang tua agar untuk beberapa waktu berada dalam pemeliharaan mereka. Lalu apa hikmah di balik wafatnya anak yang dicintai setiap orang tua?
Dalam bukunya yang berjudul Terapi Maknawi dengan Resep Qur’ani, seorang pemikir Turki Badiuzzaman Said Nursi telah menjelaskan beberapa hikmah di balik itu. Nursi menjelaskan, Allah SWT menjadikan ibu dan ayahnya sebagai pelayan yang amanah bagi anak tersebut.
Allah tanamkan pada keduanya perasaan kasih sayang yang nikmat sebagai upah duniawi atas pelayanan yang mereka berikan untuknya. Sekarang, menurut Nursi, Tuhan Yang Maha Pengasih itu yang merupakan pemilik hakiki anak tersebut, mengambil anak dari setiap orang tua sesuai dengan rahmat dan hikmah-Nya seraya mengakhiri tugas mereka untuk melayaninya.
“Maka, tidak sepantasnya orang beriman bersedih putus asa serta meratap yang menyiratkan keluhan pada Tuhan mereka, Sang Pemilik seribu bagian di hadapan satu bagian yang bersifat formalitas. Ia hanya layak dilakukan oleh orang-orang yang lalai dan sesat,” kata Nursi.