Jumat 12 Feb 2021 06:13 WIB

Ali Khendar, Mualaf yang Tersentuh Nilai Islam dan China

Ali Khendar menemukan kesamaan nilai agung Islam dan China

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Ali Khendar menemukan kesamaan nilai agung Islam dan China
Foto:

Padahal sebagai Muslim, perbedaannya puasa di Islam dan agama lain adalah pada sahur. Ketika ada yang mengetahui Cheng Ho makan pada malam hari, maka dia kemudian dicap pembohong. 

Inilah yang diyakini teman dan juga keluarga Ali saat mengetahui Ali berpuasa juga. Namun dia tidak terganggu dengan kisah itu, karena dia telah mempelajari cara berpuasa Muslim.  

Satu hal yang berat ditinggalkan Ali sebelum bersyahadat adalah meninggalkan makanan haram, babi kecap. Karena tidak dimungkiri, makanan itu adalah makanan favorit dia sejak kecil. 

Namun ada cerita unik sebelum Ali bersyahadat. Setiap kali Ali akan makan biasanya dia akan bertanya menu yang dimasak asisten rumah tangganya dan dia akan menjawab menu apa yang dimasak. 

"Ada satu hari saya tanya ke bibi yang masak, tapi dia hanya jawab ada makanan itu di panci. Saya kemudian membukanya, dan langsung ingin muntah. Sejak saat itu saya tidak lagi suka dengan makanan itu," ujar dia. 

Kejadian itu berlangsung satu pekan sebelum dia bersyahadat. Setelah bersyahadat, Ali kemudian belajar sholat dan mengaji bersama pria yang bekerja di rumahnya selama enam bulan. 

Tetapi tidak rutin, karena dia hanya datang ketika ada pekerjaan di rumah. Sehingga Ali kemudian mencari guru mengaji sendiri. 

Setelah itu Ali hendak mengubah KTP, tetapi pegawai kelurahan meminta surat keterangan mualaf. Karena tidak tahu, Ali sempat berdebat, karena menurut dia jika telah bersyahadat apalagi telah sholat lima waktu berarti telah memeluk Islam. 

Kemudian dia diajak pembantunya untuk bersyahadat ulang di yayasan yatim piatu dekat rumahnya.  

Setelah bersyahadat, Ali memberitahukan kepada keluarganya bahwa dia kini Muslim. Orang yang paling menentangnya saat itu adalah ayah dan abangnya.  

Namun perlahan-lahan mereka menerima keputusan Ali untuk memeluk Islam. Meski sikap mereka tidak sama lagi, karena memang kebiasaan seorang muslim tentu berbeda dengan mereka. 

Ali tetap tinggal satu rumah hanya saja mereka jarang berkomunikasi. Sesekali ketika ada hal-hal penting saja.  

Namun hubungan dia dan keluarga kembali merenggang setelah mengetahui Ali memutuskan menikah dengan wanita pribumi dan seorang Muslim. Saat itu tak ada satupun keluarga yang menghadiri pernikahannya. 

Namun demikian keluarga istri menerima dengan tangan terbuka memiliki menantu mualaf yang baru beberapa bulan. Dia meyakini istri dan keluarga mertuanya bahwa keislamannya bukan karena akan menikah tetapi telah melalui proses panjang sejak masa anak-anak. 

Saat ini Ali masih terus mempelajari Alquran terutama tajwid. Meski dia mualaf, Ali sering didapuk sebagai pengisi kultum saat Ramadhan di masjid dekat rumahnya, Sunter, Jakarta Utara.  

"Saya lebih sering ceramah tentang Islam dan China, namun sejak isu SARA tentang China di Jakarta mulai kembali merebak lima tahun lalu, saya memutuskan mengundurkan diri sebagai pengisi ceramah," ujar dia. 

Hal ini karena beberapa jamaah...

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement