REPUBLIKA.CO.ID,TEHRAN -- Setelah Revolusi Islam yang berlangsung pada 1979, banyak kemajuan yang dialami Iran, salah satunya di bidang kesehatan. Negara ini mencatat terjadi peningkatan dalam hal fasilitas kesehatan, pertumbuhan universitas kedokteran, serta peralatan kesehatan.
Menurut Program Pembangunan PBB (UNDP), indeks harapan hidup meningkat dari 49,5 menjadi 51,5 tahun. Dengan kata lain, harapan hidup orang Iran sebelum Revolusi Islam termasuk yang terendah di dunia.
Sepuluh tahun setelah revolusi, terlepas dari delapan tahun perang Iran-Irak, angka harapan hidup telah meningkat menjadi 61,5 tahun. Sementara, laporan Bank Dunia menunjukkan angka harapan hidup mengalami pertumbuhan 22 tahun sejak dimulainya revolusi, menjadi 76,7 tahun.
Dilansir di Mehr News, Rabu (3/2), dengan berkembangnya sistem kesehatan, penyebab kematian jadi menurun. Pusat Dokumen Revolusi Islam menunjukkan, kematian akibat penyakit menular, kehamilan dan persalinan mengalami penurunan.
Menurut statistik, angka kasar kematian di Iran telah menurun dari 13 orang per-1000 kelahiran pada 1970- 1976, menjadi 5 orang pada 2007. Bank Dunia menyebut lebih dari 140.000 bayi meninggal setiap tahun sejak 1979. Namun angka ini mengalami penurunan menjadi kurang dari 20 ribu dalam beberapa tahun terakhir.
Sebelum Revolusi Islam, terdapat sekitar 558 institusi medis dengan 57.927 tempat tidur. Kondisi ini tidak mencukupi dibandingkan dengan populasi negara.
Setelah dekade keempat Revolusi Islam, pelayanan kesehatan dasar (PHC) menjangkau 93 persen penduduk perkotaan dan lebih dari 97 persen penduduk desa. Pada saat yang sama, pembentukan sistem jaringan perawatan kesehatan sebagai model global, telah dilakukan di lebih dari 31.400 Rumah Kesehatan dan 7.400 pusat perawatan kesehatan.
Distribusi rumah sakit di berbagai provinsi dan wilayah menunjukkan terpenuhinya keadilan kesehatan di seluruh pelosok tanah air. Jika pada tahun 1978, hanya 37 persen kota yang memiliki rumah sakit, kini telah mencapai lebih dari 94 persen.
Pada 2017, jumlah rumah sakit di negara dan tempat tidur rumah sakit masing-masing adalah 910 dan 148 ribu. Sementara pada 1978, angkanya adalah 556 dan 56 ribu.
Sebelum Revolusi, hanya ada sejumlah kecil dokter untuk 36 juta populasi di Iran. Semua kota dan desa di negara itu menderita karena kekurangan dokter dan spesialis di 1.500 pusat kesehatan pedesaan.
Menurut Bank Dunia, rasio dokter-penduduk meningkat enam kali lipat dalam periode pasca-revolusi. Pada tahun 1978, sekitar 33 juta orang Iran membutuhkan dokter asing. Tetapi sekarang, dengan populasi lebih dari dua kali lipat dan jumlah dokter bertambah, angka ini memenuhi kebutuhan seluruh negara.
Jumlah dokter spesialis pada 1979 berada di angka 7000 dan mengalami kenaikan mencapai 72.792 dokter pada 2017. Perlu juga dicatat, banyak orang dari negara lain melakukan perjalanan ke Iran untuk menerima perawatan.
Sebelum Revolusi Islam, empat fakultas kedokteran didirikan di universitas. Tetapi sekarang, ada sekitar 59 universitas kedokteran di seluruh negeri. Jumlah mahasiswa kedokteran meningkat dari 600 menjadi 3.000 setahun.
Sebelum 1979, ada sekitar 50 perusahaan manufaktur di bidang peralatan medis di seluruh Iran. Semua perusahaan mengimpor bahan mentah dari luar negeri dan merakitnya di dalam Iran. Perusahaan-perusahaan ini hanya mampu memasok tiga persen kebutuhan dalam negeri.
Menurut statistik tahun 2017, perusahaan peralatan medis mencapai 500, yang memasok lebih dari 80 persen kebutuhan rumah sakit di seluruh negeri. Mereka memproduksi lebih dari 8.000 jenis peralatan medis dan memasoknya ke pasar domestik maupun luar negeri.
Iran kini telah menjadi produsen obat terkemuka di kawasan teluk. 97 persen obat yang diedarkan merupakan produksi dalam negeri.
Negara ini juga mampu mengekspor obat-obatannya, termasuk obat bioteknologi, swasembada produksi vaksin, pemberantasan polio dan wabah penyakit lain. Cakupan vaksinasi dari 30 hingga 100 persen menjadi salah satu di antara pencapaian negara lainnya.
Selain itu, Iran sekarang berada di peringkat 12 dunia dan pertama di Asia Barat dalam hal bioteknologi. Iran mampu memproduksi 27 obat bioteknologi.