Prof Abdul Mu’ti memberikan sisi lain dari Sukarno yang menurut catatan sejarah sangat dekat dengan Muhammadiyah. “Dalam konteks perjalanan, Sukarno seorang pengembara keagamaan yang menemukan dan mendalami Islam. Ia dilahirkan dari Ayah yang beragama Islam dan Ibu beragama Hindhu. Tapi komitmennya terhadap Islam begitu tinggi. Sejarah panjang kehidupannya tidak menunjukkan bahwa ia anti terhadap Islam. Pemikirannya tentang Islam pun mengacu kepada KH. Ahmad Dahlan yang notabene pendiri Muhammadiyah,” jelasnya.
Seperti yang kita ketahui bersama, KH. Ahmad Dahlan dikenal sebagai sosok yang menjelaskan Islam secara rasional dan Ilmiah, terbuka dan positif terhadap ilmu pengetahuan. Hal inilah yang menjadikan Muhammadiyah dan Bung Karno memiliki ketertarikan yang sama.
Dari buku ini kita bisa mengambil pelajaran berarti mengenai keseimbangan antara KeIslaman dan Nasionalisme. Yang mana hal tersebut begitu penting dibutuhkan di masa sekarang. “Kita bisa belajar dari Sukarno bahwa ia mencerminkan adanya keseimbangan Nasionalisme dan Religius baik dalam pemikiran dan tindakan. Itulah yang sedang kita butuhkan sekarang ini,” tandas Prof Abdul Mu’ti. (Hbb)