REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Marsudi Syuhud mengatakan, bencana yang terjadi bertubi-tubi di Tanah Air tak lain karena “Dzoharol Fasaadu Fillbarry walbahry bimaa kasabt aidinnasi” (Kerusakan di daratan dan di lautan karena akibat tangan tangan manusia yang membuat rusak). Banjir adalah akibat minimnya tanah serapan juga hutan yang terus ditebas demi kepentingan manusia, ujar pendiri Pondok Pesantren Barokatur Rohman Bekasi itu.
“Kita seharusnya belajar dari negara lain, seperti Korea Selatan, awalnya banjir, tapi berhasil menormalisasi sungai dan membuat waduk juga resapan, sehingga banjir dapat teratasi,” ujarnya saat dihubungi Republika, Rabu (20/1).
Kalau masalah gempa bumi, yang menjadi konsen adalah untuk memitigasi risikonya, kata KH Marsudi. Upaya lain yang bisa dilakukan adalah mengedukasi masyarakat untuk mulai menyadari perlunya membangun bangunan yang tanah gempa.
“Tentu karena sekarang banjir dan gempa sudah terjadi, maka kita diharapkan untuk selalu melakukan usaha usaha sosial untuk meringankan beban masyarakat yang terkena bencana, baik membantu secara langsung atau kolektif, yang dilakukan oleh organisasi organisasi sosial, ujarnya
Selain usaha nyata untuk membantu secara materiil, bantuan moral dan spiritual juga perlu dilakukan. “Kita tetap harus bersabar atas musibah yang telah terjadi, tidak perlu terlalu cemas dan takut terhadap hari esok, karena hari esok sesungguhnya belum datang, dan jangan terlalu memikirkan kejadian hari kemarin, karena sesungguhnya hari kemaren sudah berlalu, yang ada adalah hari ini, sekarang, lalukan hal hal terbaik dan tetap bersyukur agar kenikmatan yang kita dapatkan hari ini, makin ditambah oleh Allah SWT,” ujarnya.
Sekertaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Amirsyah Tambunan menyerukan segenap anak bangsa melakukan muhasabah nasional karena beruntunnya musibah dan bencana alam yang melanda sejumlah wilayah di Tanah Air.
"Ini momentum bagi kita semua untuk muhasabah sekaligus juga saling bahu-membahu dalam doa maupun donasi," ujar Amirsyah, Selasa (19/1).
Amirsyah mengatakan, seruan muhasabah ini tidak hanya berlaku untuk umat Islam, tetapi juga umat beragama lainnya. Hal ini penting sebagai ikhtiar, doa dan tawakkal agar bangsa Indonesia dijauhkan dari mara bahaya. "Muhasabah harus dilakukan secara jernih diiringi dengan permintaan ampunan kepada Allah SWT," katanya.
Amirsyah juga mengatakan, Indonesia sebagai negara beragama, sudah sepatutnya selalu mengembalikan berbagai cobaan dan musibah kepada Tuhan yang Maha Esa. Tentu ini mesti diiringi dengan perilaku umat manusia yang tidak merugikan diri sendiri, orang lain, dan alam sekitar.
Amirsyah pun mengajak segenap umat Islam melakukan doa lokasi masing-masing mendoakan para korban bencana, salah satunya dengan melakukan shalat ghaib bagi korban yang meninggal dunia. Kedua, memohon keselamatan untuk bangsa dan negara.
Untuk meringankan beban korban terdampak bencana, pihaknya menyerukan umat Islam dan seluruh elemen bangsa untuk saling bahu-membahu memberikan bantuan dalam bentuk apa pun.
Dia pun mengapresiasi gerak cepat semua pihak membantu saudara sebangsa dan se-Tanah Air, yang tertimpa musibah. "Semoga Allah SWT, Tuhan yang Maha-Esa, membalas kebaikan semua pihak atas amal salehnya," ujar dia.