REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Reporter media HertsLive yang berbasis di desa Hertfordshire, Inggris, Nylah Salam membagikan momen liburan Natal dirinya sebagai keluarga muslim. Menurut dia, selama bertahun-tahun, Natal telah menjadi hari libur yang dirayakan oleh orang-orang dari semua agama, termasuk ateis.
"Hubungan tradisional dengan agama Kristen telah dipermudah, dan banyak orang melihatnya sebagai hari yang menyenangkan untuk berkumpul bersama keluarga dan teman-teman dalam pesta makanan yang menghangatkan hati," kata dia dilansir di Hertslive, Jumat (25/12).
"Dalam rumah tangga Muslim, Anda tidak akan melihat pohon Natal dengan hadiah di bawahnya, atau kaus kaki berisi barang atau lampu atau dekorasi di sekitar rumah," kata dia.
Salam mengatakan, Natal di rumah dia dirayakan dengan sentuhan Asia, dan mungkin lebih banyak makanan di atas meja daripada makan malam Natal rata-rata. "Meskipun menjadi seorang Muslim dan karenanya dilarang merayakan kelahiran Yesus, Natal telah menjadi hari lain untuk berkumpul bersama dengan keluarga dekat dan kesempatan menyiapkan pesta besar bagi semua orang untuk dinikmati," kata Salam.
Salam memiliki pilihan hidangan utama dan pendamping yang berbeda di atas meja, mulai dari domba Kurzi yang dibumbui, nasi pilau, tumis udang Asia Selatan, hingga ayam Tandoori, daging domba pedas, dan Briyani. Selain itu, ada juga kalkun besar dibumbui dan diisi secara berbeda dengan rempah-rempah, serta rasa yang harum.
Selanjutnya mereka juga memiliki hidangan penutup. Beberapa menunya yakni, baklava, kue dan puding, mishti (manisan Bengali) serta halwa (puding wortel).