Selasa 22 Dec 2020 18:26 WIB

Tokoh Agama Perlu Ingatkan Masyarakat Soal Kepatuhan Prokes

Masyarakat perlu diingatkan tokoh agama soal prokes.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
 Tokoh Agama Perlu Ingatkan Masyarakat Soal Kepatuhan Prokes. Foto: Pemimpin Redaksi Republika Irfan Junaedi memberikan sambutan dalam acara Anugerah Syariah Republika 2020 yang diselenggarakan secara daring di Jakarta, Senin (21/12). Foto : Tangkapan Layar/Edwin Putranto/Republika
Foto: Edwin Dwi Putranto/Republika
Tokoh Agama Perlu Ingatkan Masyarakat Soal Kepatuhan Prokes. Foto: Pemimpin Redaksi Republika Irfan Junaedi memberikan sambutan dalam acara Anugerah Syariah Republika 2020 yang diselenggarakan secara daring di Jakarta, Senin (21/12). Foto : Tangkapan Layar/Edwin Putranto/Republika

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pemimpin Redaksi Harian Republika, Irfan Junaidi menyampaikan, masyarakat saat ini mulai terlihat longgar dalam mentaati protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19. Menurutnya, ini karena masyarakat mulai menganggap kondisi sekarang baik-baik saja.

"Memang ke sini-sini kita sepertinya merasa situasi makin baik, makin biasa, sehingga shalat Jumat yang ketika pertama kali dibuka, itu diberi jarak satu meter, makin ke sini jaraknya makin berkurang, ada yang 25 sentimeter, bahkan ada yang rapat kembali," tutur dia dalam agenda webinar bertajuk "Catatan Akhir Tahun Islam di Ibu Kota 2020", yang digelar Republika pada Selasa (22/12).

Baca Juga

Karena itu, Irfan mengatakan, diperlukan peran tokoh agama, dai maupun khatib shalat Jumat untuk terus mengingatkan tentang protokol kesehatan. "Protokol kesehatan ini harus ditegakkan karena ini sudah menjadi kesepakatan ulama, bahwa menegakkan protokol kesehatan itu wajib dalam situasi sekarang ini," katanya.

Misalnya, lanjut Irfan, saat ada jenazah meninggal dunia, masyarakat harus diingatkan untuk tetap menjaga jarak. Termasuk juga ketika melaksanakan shalat Jumat. Jika tidak memperoleh tempat untuk menunaikan shalat Jumat karena ada penerapan jaga jarak itu, maka diperbolehkan untuk menggantinya dengan shalat Zuhur di rumah.

"Itu karena tempatnya sudah tidak memungkinkan. Kelengahan ini sudah terlihat, dan makin terlihat menjelang akhir tahun ini. Padahal kalau kita lihat statistik, angka positif harian sekarang ini makin tinggi," ujarnya.

Bahkan, Irfan menambahkan, tingkat hunian di salah satu tempat isolasi sudah mencapai 76 persen, yaitu di Wisma Atlet. Pengelolanya tidak lagi mengizinkan pasien yang tidak bergejala untuk mengisolasi diri di Wisma Atlet. Beberapa rumah sakit pun menerapkan hal yang sama.

"Jadi ini menuntut sekali peran ulama, dai, dan tokoh agama lain, untuk tidak bosan-bosannya mengingatkan jamaahnya agar kembali mengetatkan protokol kesehatan. Karena yakinlah pengetatan protokol kesehatan ini merupakan ikhtiar yang harus kita jalankan," ujarnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement