REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Udara sejuk dan dinginnya embusan angin khas lereng Gunung Wilis mengiringi acara miwiti Pesantren Entrepreneurship Tahfidz di Desa Mulyosari, Kecamatan Pagerwojo. Acara yang digelar oleh Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Al Azhaar ini sebagai upaya untuk membentuk generasi milenial agar lebih berakhlakul karimah.
“Rencananya, pesantren ini dibangun lembaga pendidikan formal dimulai dengan jenjang madrasah tsanawiyah (MTs) yang berbasis kewirausahaan, tapi tetap mengedepankan ajaran Alquran,” jelas Direktur LPI Al Azhaar, KH Imam Mawardi, Jumat (18/12).
Imam melanjutkan, pesantren merupakan sebuah wadah yang ideal untuk menyemai bibit generasi muda agar berakhlakul karimah dan dapat menjadi kader yang berbudi luhur. Nantinya, dalam lembaga pendidikan ini para santri akan dilatih bagaimana menjadi seorang entrepreneur atau pengusaha yang ulet, tapi tidak meninggalkan ajaran agama. Bahkan, hafal Alquran.
“Kami berusaha menyeimbangkan bagaimana santri-santri ini dapat menjadi entrepreneur yang cakap, tapi juga tetap hafal dengan Alquran,” terangnya.
Nantinya, Pesantren Pagerwojo ini diperutukkan majelis taklim, majelis istighotsah, dan masyarakat lereng Gunung Wilis di seputaran Pagerwojo. Selain itu, semua santri dari kalangan duafa dan yatama tidak dikenakan biaya alias gratis. “Mohon doanya semoga nanti pada tahun ajaran 2021 /2022 sudah dapat berkhidmat menyemai generasi berbudi luhur,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Desa Mulyosari, Agil Wuisan mengatakan, rintisan pesantren ini merupakan sejarah baru bagi masyarakat di wilayah Pagerwojo. Sebab, ini menjadi pesantren pertama yang ada di wilayah tersebut. Untuk itu, pihaknya menyambut baik adanya pembangunan pesantren ini.
“Sebelumnya tidak ada pesantren di wilayah sini. Adanya pembangunan ini tentu hal baik bagi kami semua. Semoga mendapat dukungan dari berbagai pihak,” terangnya.
Acara yang dilaksanakan di bulan Desember ini berlangsung penuh syukur dan khidmat. Acara diawali dengan tahlil oleh KH Baidlowi dari Pesantren Kalangbret. Kemudian dilanjutkan istighotsah Dzikir Jama'i oleh Kiai Burhan dari Pesantren Al Futuh, dan dilanjut dengan doa yang dipimpin oleh KH Fatah dari Pesantren Wonokromo, KH Baidlowi, Gus Adib dari Pesantren Ngunut, Gus Robert dari Pesantren Mojosari, dan Gus Hamid dari Pesantren Karangrejo. Usai doa, acara puncak ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh KH Imam Mawardi Ridlwan sebagai wujud syukur dan ditutup dengan peletakan batu pertama sebagai simbol dimulainya pembangunan.