Namun demikian, tanggapan Maladewa atas permintaan Rajapaksa itu dipandang pakar HAM PBB sebagai hal yang mengkhawatirkan. Shaheed juga menekankan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengizinkan kremasi dan penguburan bagi orang yang meninggal karena Covid-19.
"Sepertinya permintaan itu tidak datang dari komunitas Muslim atau dengan persetujuan mereka. Pada akhirnya bisa memungkinkan peminggiran (marjinalisasi) lebih lanjut terhadap komunitas Muslim di Sri Lanka," kata Shaheed dalam sebuah pernyataan kepada Aljazirah.
Sri Lanka memberlakukan kebijakan kremasi pada Maret 2020. Mereka beralasan virus corona dapat mencemari air tanah. Tindakan itu menuai kritik dari PBB dan kelompok hak asasi, serta politikus oposisi di Sri Lanka.
Namun demikian, pemerintah belum mengonfirmasi apakah Rajapaksa meminta Maladewa memfasilitasi penguburan tersebut. Juru bicara presiden Keheliya Rambukwella mengatakan kepada Aljazirah pada Rabu, masalah tersebut tidak pernah dibahas dengan kabinet.
Para pejabat Sri Lanka telah menyarankan Maladewa memulai langkah tersebut. Wakil Direktur Jenderal Layanan Kesehatan Masyarakat, Hemantha Herath, mengatakan kepada Daily Mirror pada Senin bahwa pemerintah Maladewa telah turun tangan untuk memfasilitasi penguburan.
"Karena mereka terpecah menjadi pulau-pulau, dan tidak menghadapi masalah yang sama seperti kita. Pemerintah Maladewa telah menawarkan untuk menguburkan mayat di salah satu pulau mereka. Kami tidak tahu seberapa praktis ini sampai kelayakan dilakukan. Opsi praktis belum dieksplorasi. Hanya dengan begitu kita bisa tahu apakah ini akan terjadi atau tidak," katanya.
Sementara itu, pemerintah Maladewa mengatakan, konsultasi atas permintaan Rajapaksa yang dilakukan selama panggilan telepon pada Senin dengan mitranya dari Maladewa, Ibrahim Mohamed Solih, terus berlanjut.
"Kami sedang mempertimbangkan apa yang akan menjadi tanggapan yang tepat dan manusiawi," kata juru bicara Solih, Ibrahim Hood.
Akan tetapi, tanggapan Maladewa tersebut justru menuai beragam pesan dan kemarahan. Banyak orang Maladewa yang menggunakan media sosial untuk mengungkapkan kemarahan mereka.
Salah satunya Aya Naseem, yang menyebut hal itu mendukung rasialisme terhadap Muslim dengan kedok kepahlawanan Islam. Sementara Afa Rameez menggambarkan langkah tersebut seperti Maladewa bermain ketika Sri Lanka tengah melakukan Islamofobia.
Baca juga: Tak Ada Kremasi Jenazah Covid Berkat Relawan Muslim Myanmar