REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Panitia Konferensi Internasional Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi Ke 4 Prof Mansur Ma'sum mengatakan kegiatan konferensi internasional penjaminan mutu perguruan tinggi ke-4 ini menjadi ajang bertukar pengalaman antar perguruan tinggi baik di Indonesia maupun di negara-negara Islam yang tergabung dalam Islam Quality Assurance (IQA).
"Salah satunya adalah memenuhi standar untuk mendapatkan sertifikat internasional, namun perlu diingat untuk memperhatikan lembaga akreditasi internasional yang dipilih adalah lembaga yang telah teregistrasi oleh International Network Quality Assurance Agency in High Education (INQAAHE)," jelas dia di tengah kegiatan workshop di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Selasa (29/10).
Jika perguruan tinggi salah pilih lembaga, maka sertifikat tersebut tidak berlaku atau tidak dapat dimasukkan ke dalam instrumen penilaian BAN-PT. Selain itu untuk bisa mendapatkan sertifikasi internasional, institusi perguruan tinggi harus mendapat akreditasi A terlebih dahulu.
Tidak bisa misalnya, prodi mendapatkan sertifikasi internasional tetapi secara institusi perguruan tinggi masih terakreditasi B atau bahkan C.
Terkait hal tersebut, maka dalam konferensi ini diharapkan peserta mendapatkan informasi lengkap sehingga dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran berbasis revolusi industri 4.0. Proses pembelajaran tidak lagi menggunakan sistem yang konvensional.
Selain itu setiap perguruan tinggi yang hadir diharapkan dapat menjalin kerja sama dan kemitraan baik terkait lembaga pendidikan maupun lembaga penelitian di dalam negeri hingga internasional.
Hadirnya narasumber dari beberapa negara juga Prof Mansur mengharapkan peserta dapat menjalin komunikasi dan kerja sama yang baik antar negara. Karena saat ini Indonesia telah bergabung dengan lembaga penjaminan mutu untuk perguruan tinggi islam internasional (IQA).
Sebagai Sekretaris di IQA, Prof Mansur mengatakan saat ini ada 21 negara Islam yang tergabung yang kriterianya termasuk dalam anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Selain menjadi keanggotaan penuh dalam hal ini BAN -PT sebagai anggotanya, Indonesia juga memiliki tiga Associate Member yakni UIN Syarif Hidayatullah Jakartq, UIN Malang, dan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogjakarta.
Sehingga tidak heran ketiga universitas tersebut mendukung penuh kegiatan konferensi ini. Prof Mansur berharap perguruan tinggi Islam lainnya juga dapat mengikuti jejak ketiganya karena memiliki banyak manfaat untuk perkembangan universitas mereka.
Konferensi ini beberepa negara yang berpartisipasi diantaranya berasal dari Pakistan, Abu Dhabi dan Malaysia. Pakistan dan Abu Dhabi banyak belajar dari pengalaman Indonesia dalam proses akreditasi. Terutama karena Indonesia memiliki keunggulan di bidang SDM, infrastruktur dan penelitian dibanding mereka.