REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan, agama islam mendapatkan tempat di Prancis dan begitu dihormati di negaranya. Hal ini ia sampaikan dalam wawancara khusus dengan surat kabar Asharq Al-Awsat.
"Saya ingin ulangi, Prancis sangat menghormati Islam, sebuah agama yang dengannya ia mempertahankan ikatan sejarah dan budaya yang dalam, dalam hubungan yang kaya yang terdiri atas pengaruh silang di berbagai bidang. Apa yang harus kita lawan. Pertama, semua jenis terorisme dan kedua, ekses ekstremisme dan ideologi radikal. Ini adalah pertempuran yang kami ingin dan harus lakukan bersama Muslim yang menjadi korban pertama terorisme," kata Le Drian dilansir dari laman Ambafrance pada Selasa (1/12).
Sebelumnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan kepada para imam masjid bahwa perlu untuk melindungi citra Islam sebagai agama dan tidak mengubahnya menjadi gerakan politik yang bergantung pada pendanaan serta agenda luar negeri. Le Drian mengatakan, saat ini, manusia hidup dalam kekerasan yang hebat.
"Di Prancis, tetapi juga di Eropa dan tempat lain di dunia, dari Nice hingga Wina, dari Christchurch hingga Kabul. Kami menghadapi ancaman teroris yang dikombinasikan dengan iklim kebencian yang digerakkan oleh orang-orang tertentu. Ancaman saat ini ada dua, masih datang dari organisasi teroris, seperti Daesh (ISIS) dan Al-Qaeda yang melanjutkan aksi teroris mereka di Timur Tengah dan Afrika. Itu juga ada karena terorisme individu yang diilhami oleh pendekatan itu," kata Le Drian.
"Prancis juga menghadapi kampanye penghinaan, fitnah, eksploitasi, dan kebencian dari para pemimpin negara dan kelompok tertentu yang antara lain menggunakan kekuatan media sosial dan mencoba membuat orang percaya bahwa Prancis dan Eropa menolak Islam," lanjut dia.
Dia mengungkapkan, islam menempati tempat yang selayaknya di Eropa. Islam merupakan agama yang agung, terbesar kedua di Prancis. Jutaan Muslim Prancis berhak menjadi bagian dari komunitas nasional. Mereka adalah bagian dari sejarah dan identitas Republik Prancis.
"Di Prancis, mempraktikkan keyakinan mereka, umat Islam mendapat manfaat dari kerangka perlindungan yang kami junjung tinggi dalam semangat kesetaraan dengan semua denominasi," kata dia.
Le Drian mengatakan, inti dari hukum negara yakni kenetralan dan ketidakberpihakan Negara terkait dengan semua agama. Ini berarti kebebasan untuk percaya atau tidak, dan jika seorang percaya, maka itu kebebasan untuk menjalankan agamanya.
Kenetralan Negara memungkinkan penganut semua agama diperlakukan sama di Prancis. "Ketika berbicara tentang agama dan keyakinan yang teguh, ketidakberpihakannya mempraktikkan nilai-nilai universal negara kita: kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan di antara semua warga negara, tanpa kecuali," ucapnya.
Dia menjelaskan, di Prancis saat ini memiliki hampir 3.000 tempat ibadah Muslim. Setiap pekan Televisi pemerintah menyiarkan program tentang Islam sebagai bagian dari pagi yang dikhususkan untuk agama. Kemudian ada juga pemimpin Muslim yang bekerja di angkatan bersenjata, penjara dan rumah sakit. Otoritas publik menjaga dialog erat dengan perwakilan organisasi Muslim.
Menurut Le Drian, sebagian orang percaya bahwa Prancis sedang menyerang Muslim, dan beberapa kelompok serta pemimpin politik memutar balikkan kata-kata Presiden Macron menggunakan media sosial. "Kita tidak bisa membiarkan orang percaya bahwa Prancis entah bagaimana Islamofobia," kata dia.
Le Drian mengatakan, seharusnya orang-orang perlu mendengarkan banyak suara dari para intelektual dan pemimpin agama Muslim di Prancis, yang telah berdiri selama beberapa pekan terakhir untuk mengingatkan orang-orang situasi sebenarnya di Prancis.
"Prancis adalah negara toleransi. Itu menolak terorisme dan upaya untuk memecah belah masyarakat Prancis. Itu menolak untuk menerima warga negara yang didiskriminasi atas dasar agama, baik itu Muslim, Kristen atau Yahudi. Kami akan selalu membela kebebasan untuk mempraktikkan Islam di Prancis, dan pada saat yang sama kami bertekad untuk memerangi ekstremisme dan terorisme. Keduanya bukannya tidak cocok, mereka saling melengkapi," papar Le Drian.