REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Aplikasi Muslim Pro menyatakan pada Selasa (17/11) bahwa pihaknya telah memutuskan semua hubungan dengan perusahaan teknologi lokasi yang dilaporkan menjual data penggunanya ke militer AS. Aplikasi tersebut sangat populer hingga diunduh 95 juta kali di 200 negara.
"Kami segera memutuskan hubungan kami dengan mitra data kami, termasuk dengan X-Mode, yang dimulai empat minggu lalu," kata Ketua Kominitas Muslim Pro, Zahariah Jupary dilansir dari Middle East Eye, Kamis (19/11).
Aplikasi Muslim Pro merupakan aplikasi yang menyediakan waktu sholat dan menunjukkan arah Mekkah sebagai Kiblat, dari lokasi pengguna. Selain itu pada aplikasi Muslim Pro juga terdapat rekaman audio Alquran dan pengingat bagi pengguna untuk berdoa dan membaca ayat-ayat Alquran tertentu.
Tetapi kemudian, Motherboard melaporkan bahwa Muslim Pro telah menjual data lokasi penggunanya ke X-Mode, yang kemudian menjual informasi kepada kontraktor pihak ketiga, yang kemudian memberikannya kepada Komando Operasi Khusus AS (USSOCOM), sebuah cabang militer AS.
Menanggapi laporan tersebut, Zahariah Jupary, tentu saja membantah. "Tidak benar, itu tidak benar," ujarnya.
"Kami akan terus mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa pengguna kami menjalankan keyakinan mereka dengan ketenangan pikiran, yang tetap menjadi satu-satunya misi Muslim Pro sejak didirikan," sambungnya.
Jupary mengatakan, bahwa Muslim Pro telah meluncurkan penyelidikan internal atas situasi tersebut dan sedang meninjau kebijakan pengaturan data untuk memastikan bahwa semua data pengguna ditangani sesuai dengan semua persyaratan yang ada.
Pasca mengetahui laporan Motherboard, ribuan pengguna platform media sosial mengutuk aplikasi Muslim Pro. Beberapa juga telah menghapus aplikasi tersebut sebagai bentuk protes mereka.
Senator AS, Ron Wyden mengatakan kepada Motherboard bahwa X-Mode menjual data lokasi yang diambil dari telepon di Amerika Serikat kepada kontraktor militer.
"Dalam panggilan telepon pada September dengan kantor saya, pengacara untuk broker data X-Mode Social mengonfirmasi bahwa perusahaan tersebut menjual data yang dikumpulkan dari telepon di Amerika Serikat ke pelanggan militer AS, melalui kontraktor pertahanan. Mengutip perjanjian non-disclosure, perusahaan tersebut menolak untuk mengidentifikasi kontraktor pertahanan tertentu atau lembaga pemerintah tertentu yang membeli data tersebut," katanya dalam sebuah pernyataan.
Dalam sebuah wawancara dengan CNN pada April, CEO X-Mode, Joshua Anton mengatakan perusahaan melacak 25 juta perangkat di AS setiap bulan dan 40 juta di tempat lain, termasuk di Uni Eropa, Amerika Latin, dan kawasan Asia-Pasifik.