REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, pertarungan perlu dilakukan untuk melawan sentimen anti-Muslim. Sama seperti pertarungan yang dilakukan setelah Holocaust.
"Genosida yang terjadi 25 tahun lalu di Srebrenica telah diukir sebagai noda hitam pada sejarah umat manusia. Meskipun telah berlalu seperempat abad, rasa sakit yang disebabkan oleh 8.372 saudara dan saudari Bosnia, dibunuh secara brutal yang melukai hati kita,” kata Erdogan, Ahad (1/11), yang menandai ulang tahun ke-25 perjanjian Perdamaian Dayton, dilansir di Anadolu Agency, Senin (2/11).
Pada kesempatan tersebut, Erdogan mengirim pesan video ke KTT Pemimpin virtual tentang Genosida tentang pelajaran yang dipetik dari Srebrenica. Ini diselenggarakan oleh Pusat Peringatan Srebrenica dan Sycamore Foundation.
Selain memperingati para martir, dia menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban genosia dan rakyat Bosnia. Erdogan menyayangkan tuntutan keadilan yang dibuat tidak dipenuhi sepenuhnya serta sebagian besar pelaku tidak menerima hukuman yang adil.
"Mereka yang menyerahkan saudara dan saudari kita yang berlindung di bawah perlindungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kepada para pembunuh dan mengirim mereka sampai mati. Tidak ada pertanggungjawaban atas mereka. Lebih buruk lagi, umat manusia terutama para politikus dan media Eropa, tidak bertanggung jawab,” ujar dia.
Erdogan menjelaskan pembantaian yang terjadi di banyak bagian dunia, mulai Suriah hingga Yaman dan Arakan hingga Selandia Baru merupakan contoh yang paling menyakitkan. Organisasi internasional yang menyaksikan genosida Srebrenica tetap menjadi pengamat dalam menghadapi kekejaman ini.
"Kami melihat negara-negara yang mengajarkan dunia tentang hak asasi manusia dan demokrasi memimpin dalam islamofobia dan xenophobia," kata dia.
Menurutnya, terorisme rasialis telah menyebar seperti wabah di sejumlah negara barat. Terlebih, terdapat serangan yang menargetkan tempat ibadah, tempat kerja, masjid, dan bangunan lembaga non-pemerintah Muslim telah meningkat ke level yang mengkhawatirkan.
Erdogan menekankan Muslim Eropa menghadapi diskriminasi sistematis. Hak, dan kebebasan mereka dirampas. "Ini adalah waktu yang tepat untuk mengatakan berhenti untuk tindakan yang mengancam masa depan umat manusia dan budaya hidup berdampingan dari berbagai agama dan budaya," ujar dia.
Di tengah tekanan ekonomi meningkat serta meningkatnya ketegangan sosial karena pandemi Covid-19, tugas-tugas penting harus dilakukan oleh semua orang. Termasuk semua pemimpin negara yang menjunjung demokrasi, kebebasan, dan keadilan.
Erdogan berharap, peringatan ke-25 Genosida Srebrenica dan dimulainya pembicaraan untuk Perjanjian Perdamaian Dayton akan menjadi sarana kebangkitan bagi seluruh dunia terutama negara-negara Eropa.
https://www.aa.com.tr/en/world/fight-needs-to-be-put-up-against-anti-muslim-sentiment/2027381