REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sejumlah isu telah memecah belah umat Islam dalam beberapa tahun terakhir. Dalam konflik Suriah, misalnya, Turki dan Iran mendukung pihak yang berlawanan.
Sementara negara-negara Teluk memboikot negara tetangganya Qatar dan Pakistan mengecam kurangnya dukungan dari Uni Emirat Arab (UEA) dalam perselisihannya atas masalah Kashmir dengan India.
Namun baru-baru ini, aksi dan pernyataan provokatif yang anti-Islam dari Presiden Prancis Emmanuel Macron telah menjadi landasan bersama bagi masyarakat dan sebagian besar pemimpin di dunia Muslim untuk bersatu. Seperti diketahui, Macron justru mendukung karikatur Nabi Muhammad SAW yang dianggap penghinaan oleh umat Islam.
Dari mulai Rabat hingga Islamabad, Ankara hingga Teheran, Kairo, Dhaka dan Kuwait, umat Islam telah bereaksi dengan kemarahan terhadap sikap Prancis tentang Islam dan karikatur Nabi Muhammad.
Di Bangladesh, kota yang merupakan konsumen besar parfum dan kosmetik Prancis, puluhan ribu pengunjuk rasa mengambil bagian dalam aksi demonstrasi yang menyerukan pemboikotan barang-barang buatan Prancis.
Sementara toko-toko di Turki, Pakistan, Qatar, Kuwait, dan Yordania, menyingkirkan keju dan kosmetik Prancis dari rak mereka sebagai ungkapan kemarahan atas sikap agresif Macron.
Sejumlah video yang diunggah daring, yang dibagikan orang-orang dari berbagai negara, menunjukkan staf di toko-toko melemparkan toples selai dan mie instan dengan lambang 'buatan Prancis" ke dalam troli dan membawanya pergi.
Di tempat lain, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga mendukung seruan boikot terhadap produk Prancis. "Sama seperti mereka mengatakan 'Jangan beli barang dengan merek Turki' di Prancis, saya menyerukan kepada semua warga saya dari sini untuk tidak pernah membantu merek Prancis atau membelinya," kata Erdogan pada Senin lalu, seperti dilansir di TRT World, Kamis (29/10).
BACA JUGA: Iran Tegaskan Normalisasi Hubungan Negara Arab-Israel tak akan Berlangsung Lama