REPUBLIKA.CO.ID, TIRANI – Albania, yang merupakan negara dengan mayoritas Muslim, menggelar forum online menentang anti-Semitisme pada Rabu (28/10). Forum semacam itu diadakan untuk pertama kalinya di Balkan.
Forum Balkan Melawan Anti-Semitisme diselenggarakan Parlemen Albania dalam kemitraan dengan Combat Anti-Semitism Movement (CAM) yang berbasis di New York dan Badan Yahudi untuk Israel. Forum digelar secara daring karena pandemi Covid-19.
Perdana Menteri Albania, Edi Rama, menyebut anti-Semitisme sebagai ancaman bagi peradaban mereka sendiri. "Kita perlu melanjutkan dan melawan segala bentuk anti-Semitisme, yang merupakan ancaman bagi peradaban kita sendiri, di mana masa depan kita bersama sedang dibangun," kata Rama, dilansir di The Times of Israel, Kamis (29/10).
Pekan lalu parlemen Albania dengan suara bulat menyetujui definisi anti-Semitisme dari International Holocaust Remembrance Alliance (IHRA), yang mendeskripsikan ujaran kebencian dan tindakan lain yang mendiskriminasi orang atau negara Yahudi, properti atau objek keagamaan mereka.
CAM menyebut persetujuan itu, yang pertama oleh negara mayoritas Muslim, sebagai keputusan penting dan mendesak negara lain untuk bergabung. Definisi IHRA telah diadopsi banyak negara Barat, meskipun beberapa keberatan dengan dimasukkannya beberapa bentuk kritik terhadap Israel sebagai anti-Semit.
Penyelenggara acara tersebut mengatakan, forum Balkan ini bertujuan untuk mencipptakan front persatuan di antara wilayah Balkan untuk bertindak secara kolektif melawan anti-Semitisme, termasuk menghilangkan kebencian dan kefanatikan dari wacana mereka, serta menciptakan Eropa yang lebih toleran.
Para pemimpin regional, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan pejabat lain dari Balkan, Eropa, dan Amerika Serikat turut ambil bagian. "Mari terus memastikan bahwa orang-orang dari semua agama dapat hidup dan berkembang berdampingan dalam damai," kata Pompeo dalam pidatonya.
Albania membanggakan bahwa selama Perang Dunia II, Albania menjadi satu-satunya negara di mana tidak ada orang Yahudi yang terbunuh atau diserahkan kepada Nazi. Selain itu, jumlah mereka meningkat dari 600 sebelum perang menjadi lebih dari 2.000 setelahnya.
Orang Albania melindungi penduduk Yahudi, dan membantu orang Yahudi lain yang melarikan diri dari Jerman, Austria, dan negara lain dengan menyelundupkan mereka ke luar negeri atau menyembunyikan mereka.
Pasukan Nazi Jerman menduduki Albania dari September 1943 hingga November 1944, ketika mereka diusir partisan komunis setempat. Sebuah komunitas kecil Yahudi yang tinggal di Albania meninggalkan negara itu menuju Israel tepat setelah jatuhnya rezim komunis pada 1991.