REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Amerika Serikat kerap memberikan julukan kepada sejumlah pemimpin dunia, tak terkecuali para pemimpin negara-negara Islam.
Tak cuma julukan yang terlontar dalam obrolan biasa, tetapi julukan itu pun tercatat dalam laporan resmi mereka. Hal ini terungkap dalam dokumen yang dibocorkan WikiLeaks, beberapa tahun lalu
Pemimpin Libya Muammar Qadafi, misalnya, yang memiliki citra gagah ternyata takut jika terbang di atas laut dan lebih memilih untuk tinggal di lantai dasar jika menginap. Ia yang digambarkan gemar berdansa flamenco ini juga tak bisa bepergian tanpa ditemani suster cantik pirang asal Ukraina yang selalu menemaninya.
Pribadi eksentrik pimpinan Libya selama 40 tahun itu terungkap dalam dokumen yang dibocorkan WikiLeaks, yang asalnya merupakan laporan yang dibuat diplomat Amerika Serikat untuk dilaporkan ke negaranya.
Pada kawat yang dikirimkan dari kedutaan Amerika Serikat di Tripoli, Libya, pada 29 September 2009, disebutkan bahwa pemimpin legendaris Libya itu sangat bergantung pada sang perawat Galyna Kolotnytska.
“Beberapa orang yang dekat dengan Kedutaan Amerika Serikat telah mengklaim bahwa Kadhafi dan Kolotnytska memiliki hubungan romantis. Walaupun dia tidak mengomentari rumor tersebut,” demikian tertulis dalam laporan itu.
Duta Besar Amerika Serikat untuk Libya saat itu, Gene A Cretz mengatakan, tak bisa memastikan keaslian dari dokumen yang dibocorkan anak buah Julian Assange itu.
“Saya katakan bahwa Amerika sangat menyesalkan pembocoran informasi yang seharusnya rahasia. Dan, kami mengutuknya,” kata Cretz dalam laman kedutaan.
Dokumen lainnya menggambarkan bagaimana Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh sebagai pribadi yang cuek, pembosan, dan tidak sabar saat pertemuan dengan pimpinan kontraterorisme Gedung Putih Ohn Brennan. Sementara diplomat AS yang lain menyebut pejabat Pemerintah Afrika Selatan menjuluki Presiden Zimbabwe Robert Mugabe sebagai orang tua gila.
Bahkan, gosip mengenai pemimpin Azerbaijan Ilham Aliyev pun turut pula dilaporkan. Diceritakan sang istri presiden melakukan operasi plastik sehingga membuat salah satu anaknya sempat tak mengenalinya.
Bagaimana dengan pemimpin Iran? Tak salah lagi. Presiden Mahmud Ahmadinejad disamakan dengan Hitler, mantan pemimpin Nazi Jerman. Tentu ini bukan dikirim dari kedutaan AS di Teheran yang tak berfungsi lagi setelah drama penyanderaan 444 hari tahun 1980 itu.
Sesaat setelah kebocoran 251 ribu lebih dokumen WikiLeaks, Ahmadinejad sempat berkomentar bahwa ini hanyalah akal-akalan Pemerintah Amerika Serikat untuk mencapai tujuan politis. Sementara pemerintahan Barack Obama saat itu harus menanggung malu karena terkuaknya dokumen serta berbagai liku-liku urusan diplomasinya dengan dunia.