Rabu 28 Oct 2020 05:50 WIB

LDNU Mengecam Pernyataan Presiden Prancis

Pernyataan Presiden Prancis memantik reaksi negara-negara Muslim.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Esthi Maharani
Ilustrasi Islamofobia
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Islamofobia

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA --- Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) mengecam keras pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron yang mendukung penerbitan karikatur nabi Muhammad oleh majalah satir Charlie Hebdo dan menyebutnya sebagai kebebasan berekspresi. Selain itu, LDNU juga memprotes statemen Macron yang menyudutkan Islam seperti istilah melawan 'separatisme Islam' menyebut 'Islam dalam krisis di seluruh dunia' pasca adanya kasus pemenggalan guru sejarah Samuel Paty.

Wakil Ketua LDNU, KH Muhammad Nur Hayid menilai pembiaran terhadap Charlie Hebdo yang telah berulangkali menerbitkan karikatur nabi Muhammad justru telah menciderai demokrasi Prancis dan memantik reaksi negara-negara Muslim.

"Kita mengecam dan sangat menyesalkan apalagi itu statemennya pimpinan negara. Membiarkan Charlie Hebdo terbit itu bagian mencederai kebebasan yang menjadi ruh demokrasi. Sebagaimana pun bebasnya, tetap ada koridornya tidak menghinakan, melecehkan, menyakiti perasaan lainnya," kata Gus Hayid kepada Republika,co.id pada Selasa (27/10).

Menurut Gus Hayid Islamofobia di Eropa memang semakin akut. Ini sekaligus menjadi tantangan bagi pendakwah tak terkecuali di indonesia untuk bisa mengkomunikasikan tentang ajaran dan nilai-nilai Islam yang sesungguhnya.

 

Menurut Gus Hayid salah satu faktor yang memicu lahirnya Islamofobia adalah pola-pola dakwah yang ofensif dan menggunakan kekerasan. Hal itu berdampak pada pandangan orang-orang di luar Islam yang menilai negatif terhadap Islam.

Meski Islamofobia semakin akut melanda Eropa khususnya Perancis, namun menurut Gus Hayid, kasus seperti apa yang dilakukan Charlie Hebdo sangat kecil kemungkinan terjadi di Indonesia. Sebab menurutnya selain karena Indonesia merupakan negara mayoritas Muslim, perangkat hukum di Indonesia cepat merespon berbagai hal yang dapat memantik reaksi umat Muslim. Meski begitu, Gus Hayid berharap Indonesia tetap mengantisipasi bibit-bibit yang dapat menyuburkan Islamofobia di Indonesia.

"Bangsa Indonesia harus antisipasi agar Islamofobia tidak muncul di kita. Harus terus dakwah Islamiyah kita dengan dakwah yang toleran, moderat, yang bijak seperti yang dicontohkan Rasulullah," katanya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement