REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Indeks Literasi Wakaf Nasional (ILW) melalui survei pada Februari hingga April 2020 menghasilkan kategori yang rendah, berada di bawah indeks literasi zakat. Untuk itu Badan Wakaf Indonesia (BWI) melakukan berbagai upaya untuk dapat meningkatkan literasi di masyarakat.
"Hal-hal yang dilakukan saat ini, pertama sosialisasi wakaf ke masyarakat khususnya kampus-kampus dan kaum milenial, kedua inovasi program atau produk wakaf seperti Cash Wakaf Linked Sukuk, Premi Asuransi Wakaf, tabung Wakaf, dan sebagainya," kata Wakil Ketua BWI, Imam Teguh, pada Senin (26/10).
Dia melanjutkan, upaya lainnya yakni melakukan pengembangan standardisasi dan program sertifikasi nadzir, serta pengembangan eko-sistem wakaf.
Imam mengungkapkan, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan literasi wakaf. Pertama, membangun sinergi dengan para alim ulama, mengingat sumber informasi utama tentang wakaf masih diperoleh dari ceramah dan pengajian.
"Tidak kalah pentingnya adalah pemanfaatan Media sosial yang mampu menjangkau area yang lebih luas serta segmen millennial yang memiliki potensi dalam mengakumulasi aset wakaf di masa mendatang," kata Imam.
Cara lainnya yakni dengan peningkatan profesionalisme nadzir termasuk di dalamnya fungsi pelaporan publik, serta melakukan Inovasi produk wakaf.
Imam mengatakan, adanya Sinergi antara lembag atau stakeholder (nadzir, pemerintah, BWI, LKSPWU, dsb) dalam membangun eco-system wakaf yang sehat dan sustain) juga menjadi salah satu cara peningkatan literasi wakaf.
"Peluang daya dukung wakaf terhadap kesejahteraan masyarakat sangat besar karena sifatnya yang abadi memungkinkan wakaf dijadikan pilar ekonomi umat, bagian dari sistem social safety net bangsa," ucap Imam.