REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) akan mendirikan Museum Peradaban Islam Asia Tenggara di gedung edutorium. Saat ini pembangunan museum tersebut hampir selesai prosesnya.
"Saya ingin ke depan gedung ini dikunjungi orang terus-menerus termasuk mancanegara karena ada museum," kata Rektor UMS Sofyan Anif di Solo, Sabtu (24/10).
Nantinya setelah proses pembangunan edutorium tersebut selesai, pihaknya akan segera membentuk tim dalam pendirian museum ini. "Kami juga akan melibatkan beberapa ahli dari UGM (Universitas Gadjah Mada) karena beberapa profesor dari universitas tersebut pernah terlibat pada proyek membangun museum Islam terbesar di dunia yang terletak di Timur Tengah," katanya.
Ia mengatakan nantinya museum tersebut akan berisi beberapa barang peninggalan sejarah, di antaranya buku, pakaian adat, dan budaya yang ditetapkan masing-masing negara. "Indonesia dulunya banyak memiliki kerajaan Islam dan memiliki identitas budaya masing-masing. Tidak hanya tari tetapi juga pakaian dan tulisan. Ini nanti akan ada di museum tersebut," katanya.
Ia mengatakan untuk tulisan-tulisanmengenai peradaban Islam di Indonesia sendiri, justru saat ini banyak disimpan di Belanda. "Termasuk sejarah berdirinya Muhammadiyah, tentu ini akan kami bawa ke museum," katanya.
Sebelumnya, arsitektur edutorium sekaligus Dosen Arsitek UMS Muhammad Siyam Priyono Nugroho mengatakan saat ini progres pembangunan sudah hampir selesai. "Kami berharap di akhir bulan ini sudah diserahterimakan karena ada beberapa agenda yang sudah menunggu," katanya.
Ia mengatakan nantinya gedung tersebut bersifat multifungsi karena bisa digunakan untuk beberapa pelaksanaan acara yang berbeda, yaitu pertemuan, perayaan, pameran, ruang seni, dan gedung olahraga. "Lima fungsi ini bisa dilakukan di sini, bahkan kalau melihat kapasitasnya maka edutorium ini menjadi salah satu gedung pertemuan terbesar di Indonesia," katanya.