REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN— Saat ini, peradaban Islam telah menggeliat di berbagai kawasan, tidak hanya Timur Tengah dan Asia Tenggara, namun juga di negara-negara Eropa dan Amerika. Peradaban Barat juga mulai tumbuh komunitas Muslim, dengan beragam tantangan dan peluangnya.
Untuk merayakan Hari Santri, Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jerman, akan mengkaji Islam di Barat dalam perspektif akademis. Kajian ini akan berlansung santai, meski dihadiri beberapa pembicara dan pakar kajian Islam.
Ketua PCINU Jerman, M Rodlin Billah, mengatakan bahwa agenda Kajian bertajuk GRANADA (Ngobrol Ringan Seputar Nahdlatul Ulama di Jerman) digelar secara periodik. Selain itu, PCINU Jerman juga menggelar pengajian rutin kitab kuning secara daring, yang diasuh oleh Gus Ma'ruf Khozin, kiai muda dari Jawa Timur.
Dia mengatakan, agenda GRANADA bulan ini akan digelar pada Sabtu (17 Oktober 2020). Narasumber pada agenda ini: Yulianingsih Riswan (Mahasiwa Doktoral Freiburg University), Akrimi Maswah (Freiburg University), Zacky Khoirul Umam (Freie Berlin University) dan Muammar Zayn Qadafy (Freiburg University). Masing-masing narasumber akan memberikan presentasi, sesuai dengan kajian dan minat risetnya.
Menurut M Rodlin Billah, PCINU Jerman menyiapkan agenda-agenda rutin terkait dengan kajian. "Pada edisi sebelumnya, kami ngobrol terkait dengan Nahdlatul Ulama, Islam dan teknologi. Di antaranya juga membahas, apa yang bisa kami lakukan di masa pandemi, bagaimana membantu pesantren dalam menghadapi Covid-19 dengan tenaga ahli yang juga Nahdliyyin," ungkap Rodlin, yang juga penelitidi Karlsruhe Instute of Technology, Jerman.
"Edisi kali ini, lebih pada kajian Islamic studies. Ini berangkat pada pertanyaan, lha kok belajar Islam kok di universitas Barat, apalagi di Jerman. Mengapa bidang tersebut yang dipilih? Ini kan menarik," terang Rodlin Billah.
Menurut Rodlin, kajian-kajian terkait Islam dan sains menjadi sangat penting untuk memberikan wawasan kepada para santri dan masyarakat Muslim. Selain itu, juga memberi penegasan bahwa santri-santri dari Nahdlatul Ulama juga banyak yang belajar dan berkarir di bidang sains dan teknologi.