Rabu 23 Sep 2020 21:29 WIB

11 September dan Kematian Misterius Osama dan Baghdadi

Kematian Osama dan Baghdadi masih menyisakan tanda tanya besar.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nashih Nashrullah
Kematian Osama bin Laden dan Abu Bakar Baghdadi masih menyisakan tanda tanya besar.
Foto: AP
Kematian Osama bin Laden dan Abu Bakar Baghdadi masih menyisakan tanda tanya besar.

REPUBLIKA.CO.ID, Di bulan ini, tepatnya 11 September 2001 lalu, sebuah peristiwa mencengangkan terjadi dan membawa perubahan besar pada perekonomian dunia, khususnya Asia Barat.

Peristiwa yang banyak dikenal dengan 9/11 ini menjadi alasan terbesar George W Bush memutuskan untuk memajukan strategi kaum neo konservatif Amerika Serikat. 

Baca Juga

Hipotesis bermunculan dan mengklaim bahwa peristiwa 9/11 ini direncanakan dan merupakan strategi badan keamanan Amerika untuk memajukan kebijakan luar negeri Amerika Serikat secara global. Ada banyak argumen mengenai hal ini mulai dari waktu kejadian, sifat kejadian, dan orang-orang yang terlibat dalam kasus tersebut. 

Meski kejadian bersejarah ini terjadi 19 tahun lalu, hingga saat ini penyerangan Alqaeda terhadap menara kembar WTC di New York masih menjadi misteri besar. Di sisi lain, Pemerintah Amerika Serikat tidak banyak memberikan klarifikasi terkait kejadian bersejarah itu, sehingga ambiguitas terus bermunculan dan tak terkendali.

Buramnya fakta di balik berita pembunuhan Osama bin Laden, pemimpin organisasi Alqaedah, juga masih menjadi sorotan dunia. Saat itu, Gedung Putih mengklaim bahwa bin Laden telah dibunuh dan tubuhnya dibuang ke laut.

Banyak pengamat politik dan media yang meragukan realitas yang menyebabkan tewasnya pemimpin Alqaeda  itu. Namun beberapa tahun kemudian, tepatnya pada 2015, kontraktor Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat Edward Snowden membuat pernyataan kontroversial yang berisi dugaan pembunuhan mantan pemimpin Alqaeda Osama bin Laden. Pada September 2015, Snowden mengungkap metode spionase komunikasi internasional Washington dan mengaku mendengar percakapan para pemimpin Eropa. Dia mengatakan kepada Tribune Moskow bahwa bin Laden masih hidup dan tinggal di Bahama dan tetap tercatat dalam daftar gaji CIA. 

"Saya memiliki dokumen yang menunjukkan bin Laden masih dalam daftar gaji CIA dan bahwa 100 ribu dolar Amerika Serikat sebulan dibayarkan kepadanya melalui organisasi dan bisnis yang dikirim langsung ke rekening yang telah disiapkan di Bank Bahamas yang berlokasi di Nassau. Saya tidak begitu yakin di mana bin Laden tinggal saat ini, tetapi pada 2013 dia diam-diam tinggal di sebuah vila di Bahamas ditemani lima istri dan beberapa anaknya," ujar Snowden saat itu yang dikutip di ABNA, Rabu (23/9).

Pernyataan sontak itu menimbulkan keraguan tentang pembunuhan bin Laden. Pertanyaan tentang kebenaran status Laden yang telah meninggal atau masih hidup mulai berseliweran.

Terlepas dari kenyataan bahwa hipotesis pembunuhan bin Laden sejalan dengan kenyataan atau tidak, semasa hidupnya Laden merupakan anggota intelijen Amerika Serikat yang terlatih dan akrab dengan segala peralatan keamanan dan militer paling canggih Amerika Serikat. 

Aksi pembelotan yang dilakukan Laden juga kerap dianggap mendadak, dimana ketika akan berangkat ke Afghanistan, dia memutuskan untuk 'berkhianat' dan menjadi seorang anti-Amerika bahkan merencanakan serangan bunuh diri yang fenomenal.

photo
Pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi. - (Al-Furqan media via AP)

Selain fenomena misterius pembunuhan Osama bin Laden, kejadian penting lainnya terjadi pada 2016. Ibrahim Awad Ibrahim Ali al-Badri al-Samarrai, seorang pemimpin organisasi Alquran cabang Irak, dibebaskan dari penjara Abu Quraib dalam waktu singkat. 

Setelah bebas, dengan mengandalkan nama Abu Bakr al-Baghdadi, dia menciptakan organisasi teroris paling mengerikan yang pernah dikenal dalam sejarah umat manusia. Pada 2013, dia berhasil membangkitkan situasi militer di Suriah dan Irak dan mendeklarasikan sistem kepemimpinan khalifah melalui ISIS.

Belum lagi, pada 27 Oktober 2019, saat pemerintah AS mengklaim telah membunuh pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi sebagai bagian dari operasi kompleks yang dilakukan di Suriah utara, seperti kisah bin Laden.

Saat itu, AS menutup kasus al-Baghdadi tanpa merilis rekaman apa pun untuk menunjukkan kebenaran klaim tersebut, yang sangat mirip dengan skenario bin Laden.

Pada titik ini, banyak yang meragukan kisah pembunuhan itu. Sebagai contoh, Direktur Badan Intelijen Luar Negeri (SVR) Rusia Sergei Naryshkin, mengatakan kepada Kantor Berita Rusia TASS, bahwa negara tersebut tidak memiliki informasi pasti yang dapat mengkonfirmasi kematian Abu Bakr al-Baghdadi, pemimpin kelompok teroris ISIS di Suriah. "Kami tidak memiliki bukti yang cukup untuk mengkonfirmasi kematian al-Baghdadi, apalagi sampel genetik," ujar seorang pejabat senior Rusia itu.

Keseluruhan proses ini membuktikan bahwa skenario terorisme masih berlangsung. Kita harus menunggu dan melihat kelanjutan skenario teroris ini akan muncul. Disisi lain, Alqaeda dan ISIS bisa dikatakan sebagai dua karakter utama dalam mengarahkan tatanan yang dituntut Amerika Serikat dalam sistem internasional, yang karenanya kedua kelompok tersebut kebetulan memiliki kesamaan yang mendasar jika dibandingkan. 

Kemiripan tersebut didasarkan pada fakta bahwa suatu kelompok teroris muncul pada waktu tertentu di suatu wilayah tertentu di dunia, kemudian kelompok ini dianggap sebagai ancaman bagi sistem internasional, khususnya Amerika Serikat, dan terakhir Washington dengan bantuan kereta militernya datang untuk perang melawan teror dan mengambil kendali urusan sebagai penyelamat. 

Tetapi poin yang lebih penting adalah bahwa pembunuhan terhadap para pemimpin kedua kelompok tersebut dilakukan tanpa menunjukkan bukti kuat yang dapat diandalkan. Atas dasar ini, kebohongan besar 9/11 dapat dievaluasi dalam bentuk dua fenomena, yakni pembunuhan terhadap para pemimpin al-Qaeda dan ISIS.

Setelah mengevaluasi insiden semacam itu, menjadi jelas bahwa Amerika telah menjadi pendukung utama terorisme dalam skala global, dan bahwa Washington menggunakan terorisme sebagai alasan untuk menerapkan strategi pilihannya di tingkat dunia.

Sumber: https://en.abna24.com/news//analysis-how-us-takes-advantage-of-terrorism-for-purpose-of-its-hegemony_1072629.html   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement