REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Presiden Pakistan, Arif Alvi mengatakan, terorisme, ekstremisme, kekerasan sektarian, pembunuhan, dan vandalisme atas nama agama bertentangan dengan ajaran Islam. Hal ini dia sampaikan saat menekankan perlunya kerukunan beragama di Pakistan.
Menanggapi konferensi Wahdat-e-Ummat yang diadakan di Aiwan-e-Sadr, Alvi mengatakan bahwa semua mazhab dan pemimpin agama telah menyatakan tidak setia pada terorisme atas nama agama.
"Tidak ada pembicara, pengkhotbah, atau zakir yang akan menghina para nabi, Ahl-al-Bait dalam pidato mereka. Jika seseorang membuat pernyataan yang menghujat maka semua mazhab akan menyatakan pemisahan mereka dengan pengkhotbah itu," kata dia dilansir dari laman The News, Selasa (22/9).
Dia mengatakan, penistaan harus ditangani sesuai dengan hukum, dan tidak ada sekte Islam yang harus dinyatakan non-Muslim.
Menurut Alvi, tidak ada Muslim atau non-Muslim yang harus dibunuh secara ekstra-yudisial. Kemudian menambahkan bahwa publikasi dan distribusi materi provokatif juga harus dilarang.
Dia menyampaikan bahwa hanya fatwa yang dikeluarkan berdasarkan Alquran dan Sunnah yang akan dianggap valid.
"Tidak ada yang akan menghina sahabat Nabi Muhammad (Shallallahu alaihi wa sallam), khalifah yang saleh, istri Nabi (Shallallahu alaihi wa sallam)," kata dia.
Alvi menegaskan, bahwa Pemerintah harus menindak mereka yang menghina tempat ibadah minoritas dan nyawa serta properti mereka.