REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama mengajak Mahasantri mengedepankan wajah agama yang moderat. Untuk mewujudkannya, setiap mahasantri diminta belajar agama dengan sungguh-sungguh dan mengalahkan egoismenya.
Hal ini disampaikan Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren), Waryono, saat memberikan pembekalan Moderasi Beragama kepada para mahasantri Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB), di Bandung, Rabu (16/9).
"Sebagai mahasantri, Anda harus bisa berperan lebih aktif. Anda yang sebagai santri dimanapun berada harus menjalankan praktik beragama yang tasamuh, toleran, dan tidak tatorruf, tidak ekstrem," ujarnya dalam keterangan yang didapat Republika.co.id, Kamis (17/9).
Waryono menyampaikan, wajah agama akan bergantung kepada pemeluknya. Hal ini karena masing-masing pemeluk agama memiliki pemahaman dan kedalaman agama yang berbeda.
Pemeluk agama memiliki hak menampilkan wajah keberagamaan berdasarkan pemahamannya. Toleran atau ekstrem, bergantung dari pengetahuan yang dimiliki oleh setiap individu.
Waryono mencontohkan, sekarang ini banyak perilaku kekerasan yang mengatasnamakan agama. Pada akhirnya, hal tersebut yang membuat 'wajah' agama kurang baik.
"Ini sebenarnya masalah stigma. Memang ada satu dua yang melakukan teror atas nama agama, tapi itu hanya satu dua, tidak banyak. Tapi itu kemudian membuat wajah agama distigmakan seperti yang mereka lakukan," lanjutnya.
Mahasantri PBSB bisa menjadi pribadi-pribadi yang baik dalam mengamalkan ajaran agama bila memahaminya dengan baik dan benar. Pola-pola komunikasi dalam Alquran, bisa dipelajari lebih dalam oleh para mahasantri PBSB.
Pembelajaran seperti ini dinilai penting, agar para mahasantri selanjutnya juga dapat mengkomunikasikan pemahaman keberagamaan yang mereka miliki kepada lingkungannya.
"Dalam Alquran banyak dipakai cara komunikasi yang luar biasa, seperti qoulan baliigha, qoulan kariima, qoulan syadiida, dan lainnya," kata dia.