REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Tentara Militer Lebanon kembali menemukan empat ton lebih amonium nitrat di dekat pelabuhan Beirut, Kamis (3/9). Temuan tersebut membangkitkan kembali ingatan mengerikan dari ledakan dahsyat di Beirut yang menewaskan 191 orang.
"Hampir 4,35 ton bahan kimia berbahaya disimpan dalam empat kontainer ditemukan di dekat pelabuhan, tidak ada perincian tentang asal bahan kimia atau pemiliknya," kata militer Lebanon dalam sebuah pernyataan yang dilansir dari Saudi Gazette, Kamis (3/9).
Mengenai temuan bahan kimia itu, petugas bea cukai telah memanggil tentara untuk memeriksa kontainer berisi 4,35 ton amonium nitrat. Bahan kimia tersebut harusnya sudah dihancurkan beberapa hari usai ledakan pada 4 Agustus lalu.
Ahli kimia Prancis dan Italia yang bekerja di tengah sisa-sisa pelabuhan, mengidentifikasi ada lebih dari 20 kontainer yang membawa bahan kimia berbahaya. Militer kemudian mengatakan kontainer-kontainer ini dipindahkan dan disimpan dengan aman di lokasi yang jauh dari pelabuhan.
Para ahli Prancis serta FBI telah mengambil bagian dalam penyelidikan ledakan 4 Agustus itu, atas permintaan pihak berwenang Lebanon. Sejauh ini, pihak berwenang telah menahan 25 orang yang dianggap bertanggung jawab atas keamanan pelabuhan Beirut. 25 orang itu di antaranya petugas pelabuhan dan bea cukai.
Penemuan itu muncul hampir sebulan setelah hampir 3.000 ton amonium nitrat yang disimpan di pelabuhan Beirut selama enam tahun meledak dan menewaskan 191 orang dan melukai lebih dari 6.000 orang. Ledakan itu menyebabkan hampir 300 ribu orang kehilangan tempat tinggal dan menyebabkan kerugian miliaran dolar.