Jumat 28 Aug 2020 20:07 WIB

Muslim Advocates Sebut Facebook Hasut Kekerasan

Facebook dinilai memicu kekerasan dalam protes penembakan Jacob Blake.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Muslim Advocates Sebut Facebook Hasut Kekerasan
Foto: Foxnews
Muslim Advocates Sebut Facebook Hasut Kekerasan

REPUBLIKA.CO.ID, KENOSHA -- Sebuah organisasi hak-hak sipil Muslim memperingatakan platform raksasa media sosial Facebook soal akun yang dinilai kerap menghasut kekerasan. Dalam sebuah pernyatan pada Kamis (27/8), Muslim Advocates menuduh Facebook memiliki 'darah di tangannya' setelah kelompok milisi dilaporkan menggunakan platform media sosial itu untuk mengeluarkan 'seruan yang menghasut kekerasan' terhadap aksi protes yang berlangsung di Kenosha, negara bagian Wisconcin, Amerika Serikat (AS).

Seperti diketahui, aksi protes atas kekerasan polisi berlangsung di kota itu setelah seorang pria kulit hitam bernama Jacob Blake ditembak tujuh kali di punggung oleh polisi di kota Kenosha pada Ahad (23/8). Pada malam ketiga demonstrasi pada Selasa (25/8), seorang remaja kulit putih berusia 17 tahun diduga menembaki pengunjuk rasa dengan senapan semi-otomatis ala militer. Penembakan yang dilakukan oleh pria bernama Kyle Rittenhouse itu menewaskan dua orang dan melukai satu orang.

Baca Juga

Menurut Muslim Advocates, pria bersenjata itu telah 'menjawab seruan' dari laman Facebook Kenosha Guard, sebuah kelompok milisi yang kini akunnya telah ditangguhkan. Mengutip situs The Verge, Muslim Advocates mengatakan setidaknya dua orang telah memperingatkan Facebook mengenai halaman dari kelompok milisi tersebut, tetapi perusahaan ini gagal mengambil tindakan apa pun.

Penasihat khusus Muslim Advocates untuk kefanatikan anti-Muslim, Madihha Ahussain, mengatakan dalam pernyataannya bahwa Facebook memiliki 'darah di tangannya'. Selama bertahun-tahun, Muslim Advocates telah berulang kali memperingatkan Facebook bahwa laman acaranya digunakan oleh milisi dan kelompok pembenci untuk mengatur kekerasan dan mengancam orang.

"Dan selama bertahun-tahun, Facebook telah gagal menghentikannya. Kengerian di Kenosha menunjukkan kepada kita konsekuensi mematikan dari kelambanan Facebook yang disengaja," kata Ahussain, dilansir di Middle East Eye, Jumat (28/8).

Ahussain mengatakan, jika Facebook menghapus laman acara Kenosha Guard tersebut, kemungkinan kematian demikian bisa dicegah. Namun, kata dia, Facebook memilih melihat ke arah lain lagi.

"Sebelum ada lagi orang yang diancam oleh orang-orang fanatik bersenjata dan lebih banyak nyawa hilang, Facebook akhirnya harus bertanggung jawab atas kengerian yang terus terjadi dan menghentikan milisi dan kelompok pembenci menggunakan platformnya untuk mengatur kebencian," katanya.

Muslim Advocates telah lama menuduh Facebook berpuas diri dalam memerangi kelompok-kelompok  pembenci di platformnya. Menurut mereka, Selama lebih dari lima tahun, Muslim Advocates telah berulang kali memperingatkan pejabat Facebook, termasuk Mark Zuckerberg dan Sheryl Sandberg, bahwa halaman acara perusahaan digunakan sebagai alat pengorganisasian untuk kelompok-kelompok pembenci.

"Sampai saat ini, Facebook belum memberlakukan kebijakan yang akan menghentikan halaman acara mereka digunakan sebagai alat pengorganisasian untuk nasionalis kulit putih, kelompok anti-Muslim. Dan, sebagai akibatnya, nyawa telah hilang," kata organisasi tersebut.

Sementara itu, Facebook mengatakan penyelidikan perusahaan tidak menghasilkan hubungan langsung antara penembakan itu dan akun Kenosha Guard. Seorang perwakilan Facebook mengatakan, mereka telah menetapkan penembakan itu sebagai pembunuhan massal dan telah menghapus akun sang penembak dari Facebook dan Instagram.

"Saat ini, kami belum menemukan bukti di Facebook yang menunjukkan penembak mengikuti Halaman Kenosha Guard atau bahwa dia diundang di Halaman Acara yang mereka selenggarakan," kata perwakilan Facebook.

Rittenhouse dilaporkan merupakan penggemar Presiden AS Donald Trump dan Blue Lives Matter, sebuah gerakan pro-polisi yang kerap bentrok dengan pendukung Black Lives Matter. Ia didakwa dengan pembunuhan tingkat pertama yang disengaja pada Rabu lalu, setelah diduga menembak dan menewaskan Anthony Huber (26 tahun) dan Joseph Rosenbaum (36), selama aksi protes atas penembakan Blake.

Menurut pengacara keluarga, kondisi Blake saat ini lumpuh dan menderita luka lain. Penembakan terhadap Blake oleh polisi ini telah memicu protes yang luas di Kenosha, serta boikot dari beberapa tim olahraga Amerika. Aksi ini juga mendorong seruan perubahan sistemik dalam sistem kepolisian, di samping seruan untuk membubarkan dan menghapuskan kepolisian.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement